HUBUNGAN
BELAJAR,POTENSI DIRI,DAN BIMBINGAN ORANG
TUA TERHADAP PRESTASI BELANJAR DAN
PENGEMBANGAN PRESTASI DIRI ANAK DALAM MERAIH
PRESTASI BANGSA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Manusia hidup di muka bumi ini tidak hanya untuk sekedar makan
dan minum saja. Tetapi sebagai manusia harus
mempunyai aktivitas lainnya. Apakah hanya hidup untuk makan atau
makan untuk hidup? Semuanya tergantung pada diri individu masing-masing. Tetapi sebagaimana dikemukakan
oleh Robert J Tamasy, hidup di dalam dunia ini, upaya menunjukkan
keunggulan diri (self promotion) tidak hanya dianggap biasa, tetapi juga seolah dianjurkanbahkan
kita dituntut untuk melakukannya. Kita masih ingat sebagaimana
yang dikatakan Mohamad Ali ketika meraih gelar juara tinju dunia, dia berteriak
“Sayalah yang terbesar”. Ungkapan itu merupakan pernyataan
kebanggaan akan keunggulan diri dan prestasinya dalam olah raga tinju.
Sebenarnya untuk berprestasi tidak hanya di bidang olah raga,
namun juga dalam bidang yang lain seperti seni atau
ilmu pengetahuan.
Pentingnya pengetahuan tentang belajar, prestasi diri bagi keunggulan bangsa, hubungan potensi diri dan prestasi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan dan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa,peran orang
tua serta prestasi indonesia.
Pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan potensi diri menjadi prestasi diri yang membanggakan bangsa.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian belajar?
2. Apakah tujuan belajar?
3. Apakah
yang dimaksud aktivitas dalam belajar?
4. Apakah
faktor yang mempengaruhi belajar?
5. Apakah
pengertian prestasi belajar?
6. Apakah
yang dimaksud dengan perkembangan anak?
7.
apa
pengertian prestasi diri ?
8.
bagaimana
cara untuk meraih prestasi diri ?
9.
seberapa
penting prestasi diri bagi seseorang ?
10.
Apakah yang dimaksud dengan bimbingan orang tua terhadap prestasi anak?
11. Bagaimana pengaruh bimbingan orang tua
terhadap prestassi belajar anak?
12. prestasi yang diraih Indonesia dari
pengembanggan prestasi diri!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian BelajarDalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidak pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai peserta didik.
Jika belajar diartikan sebagai suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta, maka seseorang yang telah belajar yang ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat di hafalkan guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika murid-muridnya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala.
Adapula yang berpendapat bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan, sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai hasil latihan, untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis, seperti misalnya agar seorang anak mahir dalam akuntansi maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal akuntansi.
Pendapat orang tentang belajar bermacam-macam. Adanya perbdaan pendapat tersebut disebabkan karena adanya kenyataan bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar, misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafal lagu dan lain sebagainya.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono tentang pengertian belajar yaitu :
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Herman H. Hudojo, sebagai berikut :
Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relative lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, yang menetap dalam waktu relatif lama. Definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh Syamsu Mappa di dalam bukunya, yaitu :
Belajar pada hendaknya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadi proses interaksi antara orang yang melakukan kegiatan yang belajar yaitu siswa/ mahasiswa dengan sumber belajar, baik berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator yaitu guru/ dosen maupun yang berupa non manusia.
Dari ketiga pengertian tentang belajar yang di kemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat ditarik suatu pengertian mengenai belajar yaitu, proses interaksi seseoranng dengan sumber belajar menyebabkan terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.
Ada beberapa ciri peubahan tingkah laku dalam belajar dapat penulis dikemukakan sebagai berikut :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya, sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, “misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kebiasaannya bertambah”. Jadi perubahan tingkah lakuindividu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendirinya.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporeryang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap, misalnya kecakapan seseorang memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dipergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Perubahan yang terjadi di dalam belajar mengarah kepada perubahan yang terjadi di dalam belajar mengarah kepada perubahantingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya saja seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mmungkin dapat dicapai dalam belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditettapkan sebelumnya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu melalui proses belajar adalah merupakan perubahan keseluruhan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yaitu, “Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya”.
B. Tujuan Belajar
Jika dirinci, sebenarnya tujuan belajar itu sangat banyak, dan untuk mencapai suatu tujuan harus diciptakan suatu system lingkungan tertentu. Apabila tujuan belajar itu adalah pengembangan nilai efektif, maka memerlukan system lingkungan yang berbeda dengan tujuan belajar lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman yaitu, “Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan system lingkungan yang berbeda dengan system yang dibutuhkan untuk belajar pengembangan gerak, dan begitu seterusnya”. (Sadirman, 1990 ; 28)
Tujuan-tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan, serta sikap sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu misalnya : kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.
Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Mempunyai pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan perkataan lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan. Sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecendrungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih dominan.
Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk kepentingan itu pada umumyadengan model kuliah atau menggunakan metode ceramah, pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya.
2. Penambahan konsep dan keterampilan
Penambahan konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi keterampilan yang bersifat jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah yang dapat dilihat, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan serta kketerampilan berfikir, kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Keterampilan tentang sesuatu dapat dikembangkan di dalam diri anak, dengan cara memberikan latihan-latihan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan. Interaksi yang mengarah kepada pengembangan keterampilan mempunyai kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru
3. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini diperlukan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau modal.
Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi,dilihat, didengar, ditiru, semua perilakunya oleh para siswanya. Dengan demikian besar kemungkinannya para siswa akan meniru sikap dan perilaku gurunya.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai luhur kepribadian bangsa yaitu pancasila serta nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu guru tidak sekedar sebagai pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang selalu berusaha menanamkan, mewariskan nilai-nilai luhur tersebut kepada anak didiknya. Jadi pada dasarnya tujuan belajar itu adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat Saediman yaitu :
a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)
b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)
c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
C. Beberapa Aktivitas dalam Belajar
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar yaitu :
1. Mendengarkan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia saling berinteraksi atau bergaul sesamanya. Dalam pergaulan tersebut terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak terlibat langsung dalam percakapan tersebut, tetapi secara aktif mendenggarkan percakapan itu, maka dalam hal yang Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau dosen. Demikian dapat terjadi proses belajar. Tugas siswa adalah mendengarkan. Dengan ceramah, tidak semua orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila ia mendengarkan ceramah dari guru, didorong oleh kebutuhan, motivasi dan tujuan tertentu.
2. Memandang/melihat
Setiap stimulus visual member kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Agar materi pelajaran dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh siswa, maka di dalam proses belajar mengajar perlu juga dilibatkan indera penglihatan, dengan cara observasi atau mengamati obyek yang sedang di bahas, misalnya di dalam pelajaran ekonomi, untuk membahas tentang perekonomian maka sebaiknya dilakukan praktek yaitu mengamati kondisi ekonomi yang ada dimasyarakat.
3. Meraba dan mencicipi/mengecap
Meraba, mencium/membau dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, atau dikecap merupakan situasi yang memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Aktivitas meraba, mencium atau mengecap sesuatu obyek dapat dikatakan belajar, apabila aktiuvitas-aktivitas itu didorong oleh keperluan, motivasi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Menulis dan Mencatat
Setiap aktivitas penginderaan yang mempunyai tujuan, akan memberikan kesan-kesan yang berguna bagi aktivitas belajar selanjutnya. Kesan-kesan itu merupakan materi untuk maksud-maksud belajar selanjutnya
Materi atau obyek yang ingin dipelajari lebih lanjut harus member kemungkinan untuk dipraktekkan. Beberapa materi di antaranya terdapat di dalam buku-buku. Untuk keperluan belajar dapat dibuat catatan dari setiap buku yang pernah dibaca. Bahkan dalam situasi seperti ceramah, diskusi, demonstrasi dan sebagainya dapat dibuat catatan untuk keperluan belajar dimasa-masa selanjutnya.
5. Membaca
Belajar adalah aktif, artinya apabila membaca untuk tujuan belajar hendaknya dilakukan dengan serius atau dengan sungguh-sungguh. Membaca untuk keperluan belajar, misalnya harus dimulai dengan memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama dari sebuah buku, dan berorientasi kepada keperluan dan tujuan. Kemudian memilih topic-topik utama dari sebuah buku, dan berorientasi kepada keperluan atau tujuan itu.
6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan
Banyak orang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku.
7. Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
8. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang akan menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
9. Latihan atau Praktek
Latihan atau praktek termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya.
Latihan atau praktek merupakan salah satu aktivitas belajar yang seharusnya selalu dilakukan oleh individu yang belajar. Misalnya dengan latihan mengerjakan soal-soal Matematika akan memperbesar kemampuan dalam memahami dan menguasai pelajaran matematika tersebut.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Proses belajar adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku serta kecakapan, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.
Berdasarkan asalnya, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang belajar, sedangkan faktor-faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat M. Ngalim Purwanto dalam sebuah bukunya yaitu :
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual.
2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial.
Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mngajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Berikut ini dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1. Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajar, apabila pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Menurut W.S. Winkel, “ Motivasi adalah daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan suatu kondisi internal atau disposisi…”.
Dengan memberikan motivasi dimaksudkan untuk menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan anak-anak untuk mau belajar. Anak yang mempunyai intelegensi yang tinggipun apat saja gagal dalam belajarnya karena kekurangan motivasi, hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution yaitu :
Anak mempunyai intelegensi tinggi mungkin saja gagal karena kekurangan motivasi. Hasil baik tercapai dengan motovasi yang tepat. Anak yang gagal tak begitu saja dapat dipersalahkan. Mungkin gurulah yang takberhasil memberikan motivasi yang membangkitkan kegiatan pada anak.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsunngan dari kegiatan belajar dan yang memberiakn arah pada kegiatanbelajar itu, maka tujuan yang diketahui oleh siswa tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa motif, yang bersama-sama menggerakan sistem untuk belajar, motivasi belajar merupakan faktor psikis yag bersifat nonintelektual.
Peran motivasi yang khas adalah dalam hal meningkatkan gairah/semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Peranan Hukuman Dan Penghargaan
Penghargaan dan Hukuman dapat merupakan motivasi dalam belajar sama besarnya. Menurut Pasaribu dan B. Simanjuntak, “ Hukuman membuat anak tidak melakukan sesuatu
( Stoping Out ), sedang penghargaan ( Reward ) membuat sesuatu perbuatan dilakukan “.
Dengan demikian jelaslah bahwa hukuman atau penghargaan yang diberikan oleh guru kepada anak-anak yang memang patut menerimanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar.
3. Suasana Lingkukan Eksternal
Suasana lingkungan eksternal ini menyangkut bayak hal antara lain, cuaca, kondisi tempat belajar, misalnya kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik kelas, ketenangan. Suasana ruang kelas, misalnya sangat terang, remang-remang atau gelap.
Faktor- faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Kematangan
Kematangan dicapai individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya, “ Kematangan terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dabarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut”. ( Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991;137).
Kematangan memberikan kondisi dimana fungsu-fungsi otak menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya fungsi-fungsi otak dan sistem syaraf, hal ini akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang.
5. Faktor Usia Kronologis
Pertambahan dalam usia sesalu disertai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan, “ semakin tua usia individu, semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologinya”.
Dengan demikian anak yang lebih tua usianya tentu lebih kuat, dan lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebih mampu mengarakan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama.
6. Kapasitas Mental
Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan berbagai keterambilan/kecakapan. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yaitu, “ Dalan tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada sistem syaraf dan jringan otak “.
Bakat yang dibawa oleh individu sejak dilahirkan serta pengaruh lingkungan dapat menyebabkab berkembangnya kapasitas mental individu yang berupa intelegensi. Oleh karena latar belakang heriditas dan lingkungan individu berbeda, maka intelegensi masing-masing individuan bervariasi.
7. Guru dan Cara Mengajarnya
Dalam proses belajar mengajar disekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
8. Ingatan
Ingatan adalah merupakan salah satu fungsi jiwa yang penting dalam belajar, terutama yang menyangkut mereproduksikan kembali apa-apa yang telah dipelajari.
Menurut Sardiman didalam bukunya menyebutkan bahwa ingatan berfungsi, sebagai berikut :
1. Mencamkan atau menerima kedan-kesan dari luar
2. Menyimpan kesan,
3. Memproduksi kesan, oleh karena itu ingatan merupakan kecakapan untuk memproduksi kesan-kesan didalam belajar.
9. Tanggapan
Tanggapan adalalah gambaran/kesan-kesan yang tinggal dalam ingatan setelah seseorang malakukan pengamatan atau observasi terhadap sesuatu obyek. Tinggi rendahnya intensitas tanggapan yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajarnya.
Demikian telah penulis kemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, penulis menyadari bahwa masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi belajar.
Namun demikian penulis berpendapat bahwa apa yang telah penulis kemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seperti tersebut di atas secara umum, telah memadai.
E. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh siswa selama batas waktu tertentu. Ada suatu pendapat pendapat yang mengatakan bahwa prestasi adalah keberhasilan siswayang di capai selama waktu tertentu, dalam sejumlah mata pelajaran yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bukti keberhasilan dan peruahan siswa dalam penguasaan pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilai sikap melalui tahapan-tahapan evaluasi belajarbyang dinyatakan dengan nilai.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian prestasi belajar, baiklah penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, prestasi adalah “ Hasil yang telah dicapai ( dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”.
Sedangkan menurut W.S. Winkel bahwa, “ Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang di capai “.
Keberhasilan juga ditentukan oleh motivasi, bimbingan dari orang tua, karena orang tua merupakan orang yang bertanggung jawab dilingkungan keluarga terhadap keberhasilan anaknya. Hasil belajar menurut Helmart Hiedeis adalah sebagai berikut :
Tahap pertama kalau siswa telah dapat mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dai ingatannya. Apa yang diperolehnya dengan cara begini menjadi dasar bagi bentuk belajar yang lebih maju. Tahap kedua tercapai kalau siswa dapat mengorganissikan sendiri dari tinjauan lain yang baru, artinya apa yang telah dipelajarinya prinsip organisasi tertentu. Tahap ketiga menghendaki kecakapan mentransper memakaikan cara-cara pemecahan persoalan terhadap masalah-masalah yang serupa. Tahap keempat ialah berfikir produktif dalam pemecahan masalah yang menghendaki kecakapan untuk menemukan sendiri masalah-masalahnya mencari kriteria pemecahan sendiri dan mengkritik hasilnya secara kritis.
Prestasi yang dicapai siswa tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya intelegensi, motivasi dalam belajar, faslitas belajar dan tidak kalah pentingnya keikutsertaan orang tua membantu membimbing, serta membantu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.
Prestasi belajar siswa di sekolah dapat dilihat pada angka raport atau ada daftar nilai formatif, sumatif atau nilai ebtanas pada akhir kelulusan siswa.
Ditinjau dari segi didaktis maka penilaian proses belajar ini sangat penting, karena mereka ingin mengetahui kemajuan yang telah dicapai yang dapat mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, sehingga diharapkan prsetasi berikutnya akan lebih meningkat. Dengan mengetahui nilai mereka, setidak-tidaknya dapat menjadikan motivasi untuk lebih giat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang lebih baik. Sedangkan bagi guru tidak hanya menilai hasil usaha murid saja, tetapi sekaligus ia juga menilai hasl usahanya sendiri.
Ditinjau dari segi dasar psikologis, penilaian belajar merupakan kepuasan batin baik siswa sendiri, maupun bagi guru dan orang tua siswa sendiri ingin mengetahui hasil dari bimbingan, pengarahan serta petunjuk yang diberikan oleh orang tuanya.
Sedangkan bila ditinjau dari segi administratif, bahwa prestasi siswa itu merupakan :
1. Data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya, yaitu apakah anak didik tersebut tergolong anak pandai, sedang atau kurang.
2. merupakan inti laporan tentang kemajuan siswa-sisw pada orang tuanya. Deprtemen yang berwenang, guru-guru dan murid itu sendiri.
F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Namun demikian kedua proses tersebut yaitu tumbuh dan berkembang berlangsung secara independen, artinya saling tergantung satu sama lainnya. Kedua proses itu tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang murni,berdiri sendiri, akan tetapi keduanya dapat dibedakan.
Menurut Kartini Kartono, “ Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, ….”.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitas pada individu, misalnya bertambah panjangnya tubuh tubuh anak, tubuh bertambah berat, tulang-tulang menadi tambah panjang/besar dan kuat, kemudian perubahan dalam sistem parsyarafan dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah. Dengan perkataan lain pertumbuhan dapat disebut sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif, hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi, “ Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif “. ( Abu Ahmadi, 1991;61 ).
Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.
Selanjutnya menurut Kartini Kartono, “ Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik hasil dari prosespematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar oleh anak, dalam mencobakan segenap potensi rohani dan jasmaninya.
Segenap tingkah laku anak itu dirangsang dari dalam yaitu dorongan-dorongan dan insting-insting tertentu guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan frustasi, hal ini sesuai dengan pendapat Kartini Kartono yaitu, “ Jika kebutuhan-kebutuhan yang vital-biologis maupun yang sosial kultural tersebut tidak atau belum terpenuhi, maka akan timbul ketegangan, iritasi dan frustasi “.
Anak-anak yang normal dan sehat senantiasa dibekali oleh alam dengan implus-implus untuk mencapai satu tujuan. Manusia senantiasa berusaha mengisi hari ini dan hari esok dengan kegiatan-kegiatan baru, berekplorasi, dan berekspremen untuk mencapai satu tujuan.
Apabila kemampuan intelektual anak sudah berkembang, maka ia akan memperlihatkan rasa ingin tahunya, dan terus menerus bertanya tentang macam-macam peristiwa. Sejak anak dilahirkan hingga akhir hayatnya, ia selalu ingin maju.
Jadi di dalam perkembangan anak terdapat impuls-impuls bawaan yang mendorong segenap mekanisme dari potensi untuk berfungsi aktif, berkembang dan terus maju. Dapat dikatakan ahwa mekanisme perkembangan anak memang terjadi alami. Guna mendapatkan wawasan yang lebih jelas mengenai perkembangan anak, orang membagi masa perkembangan dalam beberapa periode. Ha ini disebabkan oleh karena pada saat-saat perkembangan tertentu, anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku atau karakteristik yang hampir sama.
Pada umumnya pada Sarjana Ilmu Jiwa mengemukakan pembagian periode tadi menurut pertimbangan sendiri. Hal ini terutama disebabkab oleh karena batas-batas yang jelas dari masa-masa perkembangan itu memang tidak bisa dipastikan dengan seksama.
Periodesasi perkembangan anak ditinjau dari berbagai hal yang menonjol, misalnya perkembangan ego, perkembangan intelegensi, perkembangan biologis, perkembangan didaktis, atau perkembangan psikologis anak.
Menurut Johann Amos Comenius yang dikutip oleh Abu Ahmadi, dalam bukunya perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
1. Scolo Materna ( Sekolah Ibu ) usia 0,0 – 6,0 , masa anak mengembangkan organ tubuh dan pancaindera itu dibawah asuhan ibu ( keluarga )
2. Skala Vermacula ( Sekolah Bahasa Ibu ) usia 6,0 – 12, 0, mengembangkan pikiran, ingatan dan perasaannya disekolah ( Bahasa Ibu ).
3. Scole Latihan ( Sekolah Bahasa Latin ), masa anak mengembangkan potensinya terutama daya intelektual dengan bahasa asing pada usia 12, 0 – 18,0.
4. Academica ( Akademi ) adalah media pendidikan yang tepat bagi anak usia 18, 0 – 24, 0 tahun 20.
Selanjutnya menurut Oswald Kroh, perkembangan anak dibagi dalam tiga fase yaitu sebagai berikut :
1. Dari lahir sampai masa menentang pertama, 4 tahun. Disebut pula sebagai masa kanak-kanak pertama.
2. Dari masa menentang pertama sampai pada masa menentang kedua 4 – 14 tahun. Disebut pula sebagai masa-masa keserasian atau masa bersekolah.
3. Masa menentang kedua sampai akhir masa muda. Disebut pula sebagai masa pematangan, 14 – 18 tahun. Batas Fase ketiga ini adalah akhir masa remaja 21.
Menurut Charlotte Buhler, masa perkembangan anak adalah sebagai berikut :
Fase pertama, 0 – 1 tahun : masa mnghayati obyek-obyek di luar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi. Terutama melatih fungsi motorik : yaitu fungsi ang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badab dan anggota tubuh.
Fase kedua, 2 – 4 tahun : masa pengenalandunia obyektif. Mulai ada pengenalan pada aku sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamtan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-benda di luar dirinya.
Fase ketiga, 5 – 8 tahun : masuk sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki masyarakat luas ( misalnya Taman Kanak-Kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermainan, dan sekolah rendah ). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara obyektif.
Fase keempat, 9 – 11 tahun : masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan mencoba dan bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan-dorongan mmeneliti dan rasa ingin tahu yang besar.
Fase kelima, 14 – 19 tahun : masa tercapainya sintese antara sikap kedalam batin sendiri dengan sikap keluar kepada dunia obyektif 22.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
1. Nativisme
Para ahli yang mmengikuti alian nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhaer. Para ahli yang menganut teori nativisme mempertahankan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik, maka kemungkinan besar bahwa anaknya juga akan menjadi ahli musik, besar pokoknya keistimewaan yang dimiliki orang tua juga dimilki oleh anaknya.
Di pandang dari segi ilmu pendidikan, teori ini tidak dapat dibenarkan, sebab jika benar bahwa perkembangan anak itu hanya semata-mata dipengaruhi oleh faktor bakat atau pembawaan maka sekolah sebagai salah satu lingkungan bagi anak tidak dapat berbuat apa-apa, dalam rangka menyiapkan anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Artinya pengaruh lingkungan dan pendidikan dianggap tidak ada.
Dalam kenyataannya sejak zaman dahulu hingga sekarang sekolah-sekolah selalu didirikan dan dilengkapi sarana dan persyaratannya, guna menampung anak-anak yang ingin bersekolah dari berbagai jenis dan tingkatan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Empirisme
Para ahli yang menganut paham empirisme berpendapat bahwa perkembangan iru semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan, seangkan faktor bakat yang dibawa sejak lahir tidak mempunyai pernan sam sekali.
Tokoh utama aliran empirisme yaitu John Locke. Jika sekitarnya paham empirisme ini benar, maka dapat diciptakan manusia yang ideal sebagai mana yang diinginkan asalkan dapat disediakan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk itu.
Namun demikian kenyataannya menunjukan hal yang berbeda dari yang diharapkan. Banyak anak-anak orang kaya atau orang yang pandai mengecewakan orang tuanya karena kurang berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas-fasilitas yang tersedia bagi mereka lebih dar cukup. Sebaliknya banyak dijumpai anak orang-orang yang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas-fasilitas yang mereke perlukan sangat jauh dari mencukupi.
3. Konvergensi
Paham nativisme maupun paham empirisme adalah ekstrimen, tidak berpijak kepada kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam khidupan sehari-hari.
Paham yang dapat dianggap dapat menyembatani kedua paham tersebut adalah pahan Konvergensi, yang dirumuskan oleh Wiliam Stern. Paham konvergensi ini berpendapat bahwa didalam perkembangan individu baik bakat atau pembawaan maupun lingkungan keduanya mempunyai peranan yang sangat penting.
Tiap anak manusia yang normal, mempunyai bakat dan bakat tersebut akan berkembang apabila menemukan lingkungan yang sesuai. Dengan demikian jelaslah bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh bakat atau pembawaan dan lingkungan.
G. Masa Peka Dalam Belajar
Pertumbuhan dan kematangan itu berlangsung diluar kontrol anak manusia, dan diluar kemauan anak itu sendiri. Namun demikian setiap pengalaman positif dapat mengembangkan pribadi anak. Oleh pengalaman tersebut anak menjadi matang dan penghayatan hidupnya akan bertambah luas.
Berkembangnya suatu fungsi didorong ole suatu kekuatan dari dalam, seingga pada suatu saat terdapat kepekaan dan kematangan untuk melatih fungsi tertentu didalam jiwa anak, oleh karena itu saat-saat yang demikian tersebut masa peka atau saat kematangan.
Masa peka tiap-tiap individu tidaklah selalu sama waktunya, artinya individu yang mempunyai usia kronologis yang sama, belum tentu mempunyai masa peka yang sama pula. Jadi masa peka tiap-tiap individu, datangnya berbeda-beda tidak tergantung kepada usia kronologis. Cepat atau lambat masa peka untuk belajar bagi seorang individu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Kartini Kartono yaitu sebagai berikut :
Pertama, faktor-faktor sebelum lahir. Umpan : peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin : janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan : terkena infeksi oleh bakteri syiphilis, terkena penyakit TBC, kholera, typhus, gondok, sakit gula (diabetis melitus), dan lain-lain.
Kedua , faktor ketika lahir, antara lain ialah : pendarahan pada bagian kepala bayi, disebabkan oleh tekanan dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan, dan lain-lain.
Ketiga, faktor sesudah lahir antara lain : oleh pengalaman traumatik (luka-luka karena bayi jatuh : kepala terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari, infeksi pada otak atau selaput otak.
Keempat, faktor psikologis : antara lain bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Sebab lain ialah anak-anak dititipkan dalam suatu institusional (rumah sakit), rumah yatim piatu, yayasan perawatan bayi dan lain-lain), sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perawatan jasmaniya dan cinta kasih.
Anak-anak yang belajar akan lebih menunjukkan prstasi yang baik apabila didorong oleh masa kematangan atau masa kepekaan. Sehubungan dengan masa kepekaan tersebut hendaknya para pendidik mengusahakan agar pada saat datangnya masa kepekaan tadi, tidak menghalangi atau menghambat aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan oleh anak.
H.
Prestasi
Diri Bagi Keunggulan Bangsa
Setiap
bangsa di dunia ini tentu memiliki kekhasan yang berbeda satu dengan yang lain. Tidak terkecuali dengan bangsa dan negara Indonesia. Sejak berdirinya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memiliki prestasi diri yang tidak sedikit. Prestasi diri adalah
suatu kebanggaan yang telah dimiliki/diraih oleh suatu bangsa.
Prestasi diri dapat dimiliki oleh individu maupun kelompok bahkan bangsa. Seperti baru-baru ini Human Development Index Indonesia
tahun 2007 menduduki peringkat 107 dunia, atau mengalami
peningkatan prestasi dalam menangani korupsi
dan tidak lagi menjadi negara terkorup seperti sebelumnya.
Apakah mereka dapat disebut telah berprestasi ? Coba bandingkan pemahaman kalian tentang aktivitas dan hubungannyadengan prestasi
diri dengan paparan berikut ini. Setiap manusia apapun
profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk
berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah berhasil mencapai
tujuan hidupnya atau tidak, juga untuk membawa nama baik bangsa
dan negara jika memang bisa. Pengertian prestasi yaitu hasil
yang telah
dicapai, dilakukan, diperoleh atau dikerjakan.
Prestasi tiap orang tidak akan sama, ada yang berprestasi dalam hal :
o melukis
o berolahraga
o irama
musik
o cepat
menghitung
o puisi
o pemimpin
o menyesuaikan diri
o tampil menawan dan lain-lain
Manakah
yang paling bagus prestasinya? Tidak mungkin terjawab dengan tepat,
karena masing-masing peristiwa menampilkan “tokoh”
yang memiliki kecerdasan dalam bentuk yang
berbeda-beda. Prestasi antara orang satu dengan lainnya tentu tidak akan sama, dan seseorang tidak akan mungkin menjadi orang yang sama persis dengan orang yang dikagumi prestasinya. Mengapa demikian? Pada hakikatnya manusia adalah
individu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki potensi diri
yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan sama. Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap siswa adalah individu yang unik (berbeda satu dengan lainnya).
Sebagai
Warga Negara Indonesia yang baik maka setiap orang berusaha
berprestasi demi keunggulan bangsa Indonesia tercinta.
Tentu sangat membanggakan jika kita dapat berprestasi
seperti Taufik Hidayat, Susi Susanti, Gita Gutawa Juara
menyanyi di Mesir tahun 2007, Usman Hasan Saputra, Hermawan
Kertajaya, Prof Dr Ir BJ Habibie, Dahlan Iskan atau Ir
Ciputra, serta masih banyak lagi yang dapat dilihat
dan disaksikan sendiri. Semua berprestasi sesuai bidangnya masing-masing. Ada yang di bidang olah raga, seni, budaya, maupun ilmu pengetahuan serta enterpreneur (wiraswasta). Mengapa mereka
dapat berprestasi di bidangnya, dan mengapa kita tidak atau belum mampu berprestasi seperti mereka ?
I.
Hubungan Potensi Diri dan
Prestasi Diri Untuk Berprestasi Sesuai Kemampuan
II.
Potensi berasal dari kata
bahasa Inggris to potent yang berarti keras, kuat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal. Potensi
merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut
masih terpendam dalam diri yang bersangkutan. Setiap
manusia pada dasrnya memiliki potensi, tetapi tidak setiap
manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk
mendayagunakan potensi tersebut.
Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Potensi diri ada yang positif dan ada yang negatif.
Potensi diri yang positif seperti :
1.
memiliki idealisme
2.
dinamis dan kreatif
3.
keberanian mengambil resiko
4.
optimis dan kegairahan semangat
5.
5.kemandirian dan disiplin murni
6.
fisik yang kuat dan sehat
7.
sikap ksatria
8.
terampi dalam menerapkan iptek
9.
kompetitif
10. daya pikir
yang kuat
11. memiliki
bakat
Selain
potensi diri yang positif setiap manusia juga memiliki potensi diri yang negatif seperti :
1.
mudah
diadu domba
2.
kurang
berhati-hati
3.
emosional
4.
kurang
percaya diri
5.
kurang
mempunyai motivasi
J.
Peran Serta dalam Berbagai Aktivitas untuk Mewujudkan
Prestasi Diri Sesuai Kemampuan Demi Keunggulan Bangsa.
Ciri-ciri kreativitas dapat
dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of
curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need
of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan menempuh
resiko. Prestasi diri merupakan perwujudan dari bakat
dan kemampuan, dan akan optimal jika dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam kaitannya dengan anak berbakat dinamakan anak lantip, Gardner memiliki pandangan yang berbeda, ia menyatakan bahwa “keberbakatan” manusia bukanlah berdasarkan skor tes standar semata, namun sebagai:
1.
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2.
Kemampuan
untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3.
Kemampuan
untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan
dalam budaya seseorang.
Anak berbakat (anak lantip) dibedakan dari anak jenius. Anak jenius
disebut juga anak berbakat taraf sangat tinggi (highly
gifted) yang sangat jarang ditemukan
sedangkan anak berbakat banyak ditemukan di sekolahsekolah.
Ada lima macam keberbakatan, yaitu (1) keberbakatan
intelektual, (2) keberbakatan akademik, (3) keberbakatan
kreatif, (4) keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan (5) keber-bakatan seni.
Analisis
dari Bloom tentang lantip pada Peserta Olympiade Science,
bahwa : Pertama, memiliki kemampuan luar biasa tinggi untuk mencurahkan
sejumlah besar waktu dan usaha untuk mencapai suatu
standar yang tinggi. Karakteristik ini telah ada pada usia 5 atau 8 tahun dan menjadi semakin bertambah setelah orang-orang tersebut menerima pengajaran beberapa tahun. Kedua, memiliki sifat
kompetitif dengan teman sebaya dalam bidang talent tersebut dan memiliki kebulatan tekad untuk melakukan yang terbaik. Ketiga, memiliki kemampuan
belajar secara cepat tentang teknik-teknik baru, ide-ide,
dan proses dalam bidang talent tersebut.
Karakteristik lantip menurut Kitano dan Kirby memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
·
fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan;
·
diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang
dewasa;
·
keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial, mereka
memberikan sumbangan positif dan konstruktif;
·
kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam
pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya;
·
memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang (egalitarian) dan jujur;
·
perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa;
·
bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi
emosional sehingga relevan dengan situasi;
·
mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya
dan orang dewasa;
·
mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain;
·
memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi
situasi sosial dengan cerdas, humor, dan pemahaman.
Karakteristik di atas biasanya dimiliki oleh mereka yang telah berprestasi. Prestasi
akan mencapai hasil yang bagus jika dalam situasi dan kondisi saat
kesempatan pengembangan bakat (lantip) dipenuhi. Hal ini bisa diperoleh dari guru yang memberikan peluang kepada siswa untuk berkembang potensinya secara optimal.
Kepribadian guru dapat membantu siswa untuk
berprestasi antara lain :
1.
Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru
2.
Peka terhadap perkembangan anak baik secara fi sik
3.
maupun psikis
4.
Mempunyai pertimbangan luas dan dalam
5.
Penuh pengertian
6.
Mempunyai sifat toleransi
7.
Mempunyai kreativitas yang tinggi
8.
Bersikap ingin tahu
Selain
memiliki kepribadian, guru juga harus memiliki hubungan
social dengan siswa yang dapat mendorong timbulnya prestasi yaitu suka
dan pandai bergaul dengan anak berbakat serta memahami kesulitan yang dihadapi anak tersebut. Selain itu guru diharapkan dapat menyesuaikan diri dan mudah bergaul serta mampu memahami
dengan cepat tingkah laku anak berbakat tersebut.
Untuk anak berbakat memang harus ada perhatian khusus dari guru karena kadang-kadang mereka bertindak berbeda dengan teman lainnya. Misalnya bertanya secara kritis, meminta perhatian lebih bahkan terkadang seperti melawan guru. Untuk itu kebesaran hati dari guru untuk tidak bertindak negatif, tetapi malah lebih memperhatikan mereka sehingga dapat memperlihatkan bakatnya.
Selain
guru, peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam
mengembangkan potensi diri yang dimiliki anak untuk menjadi prestasi diri sesuai kemampuannya. Meskipun
hak utama pengajaran yang utama ada di tangan orangtua, tetapi alangkah baiknya jika orangtua tidak memaksakan
kehendak kepada anaknya untuk menjadi apa kelak. Orangtua seharusnya bersikap demokratis dalam arti menyerahkan kepada anak mau menjadi apa kelak, tetapi tetap di sampingnya untuk selalu mendampingi dan mengingatkannya jika mereka salah. Orangtua selalu memberikan fasilitas, doa dan dorongan demi keberhasilan anaknya.
Peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena bagaimanapun hebatnya seseorang berprestasi jika tidak dapat dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat tentu tidak bermakna.
Berbeda jika hasil prestasi dirinya dapat dirasakan masyarakat tentu akan lebih bermakna, seperti prestasi Tim bulutangkis Indonesia,
kemenangan Tim Olimpiade Fisika Indonesia maupun temuan
Nutrisi Saputra oleh Usman Hasan Saputra. Peran
masyarakat juga bisa dengan memberikan dukungan dana dalam suatu prestasi yang dicapai seseorang, misalnya memberikan bea siswa, hadiah, atau
memberikan biaya penelitian sehingga menghasilkan suatu prestasi.
Semua
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, seseorang
yang punya potensi diri akan mampu menunjukkan prestasi diri dengan motivasi yang kuat dengan dukungan keluarga, guru dan masyarakat. Peran guru bisa diganti oleh pelatih maupun seseorang yang punya kepedulian seperti Yohanes
Saputra dalam Tim Olimpiade Fisika Indonesia ataupun Ir
Ciputra dalam penelitian Nutrisi Saputra oleh Umar Hasan
Saputra.
Kebutuhan untuk berprestasi terjemahan dari need of achievement sebagaimana dikemukakan John
Atkinson
dan David Mc Clelland pada tahun 1940-an. Kebutuhan berprestasi
atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan. Orang-orang yang mempunyai perilaku seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya. Hal inilah yang harus dimiliki oleh seseorang supaya dapat berprestasi, jika dikaitkan dengan teori Maslow maka hal ini dapat dikatakan merupakan kebutuhan aktualisasi diri.
Tahap aktualisasi diri menurut Andri Wongso merupakan proses realisasi potensi diri setelah kita mampu melakukan tindakan-tindakan cepat, berani ambil resiko, dan mampu mengambil pelajaran atas keberhasilan dan kegagalan kita. Dalam proses perwujudan ini kita dituntut untuk melakukan segala sesuatunya secara profesional, efektif, dan efisien. Sebab ini sangat berkaitan dengan peluang atau kesempatan yang kita peroleh.
Berbagai upaya untuk mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana dikemukakan oleh Sujiyanto yaitu :
1.
kreatif
dan inovatif
2.
tanggung jawab
3.
bekerja keras
4.
memanfaatkan sumber daya
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja adalah memiliki keterampilan
sosial (social
skill) untuk dapat menyesuaikan diri
dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan
sosial tersebut meliputi:
1.
Kemampuan berkomunikasi
2.
Menjalin hubungan dengan orang lain
3.
Menghargai diri sendiri dan orang lain
4.
Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain
5.
Memberi atau menerima feedback
6.
Memberi atau menerima kritik
7.
Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Apabila
keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut
mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal sehingga
dia akan dapat berprestasi.
Hasil
studi Davis dan Forsythe, dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skill) yaitu:
1.
Keluarga
2.
Lingkungan
3.
Kepribadian
4.
Rekreasi
5.
Pergaulan dengan lawan jenis
6.
Pendidikan/sekolah
7.
Persahabatan dan solidaritas kelompok
8.
Lapangan Kerja
Hubungannya dengan prestasi diri maka
seorang remaja dalam pengembangan aspek
psikososialnya, harus dapat dikembangkan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang
kondusif sehingga membuat tercapainya prestasi diri.
Di bawah ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1.
keluarga
2.
lingkungan
3.
kepribadian
4.
rekreasi
5.
pergaulan dengan lawan jenis
6.
pendidikan
7.
persahabatan dan solidaritas kelompok
8.
meningkatkan kemampuan penyusuaian diri
K. Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Anak.
Sejak zaman dahulu, orang tua
mengharapkan seorang anak yang sukses. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk
menccapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankanya ada yang berhasil ada
juga yang tidak.
Bimbingan adalah salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bimbingan sebenarnya harus
dilakukan oleh anggota keluarga atu orang tua, karena orang tua adalah
lingkungan hidup pertama yang mempengaruhi jalan hidup anak. Keluarga adalah
lingkungan social terkecil tetapi peranannya sangat besar.
Dalam mendapatkan sebuah prestasi
kegiatan yang wajib dilaksanakan anak adalah belajahar. Dalam hal ini orang tua
sangat berperan penting, karena orang tua mempunyai tanggung jawab untuk
memotivasi anak dalam belajar serta membimbingnya. Dalam hal tersebut maka akan
menjadikan anak untuk memperhatikan apa yang harus dikerjakannya. Karena orang
tuanya selalu memperhatikan apa yang harus dipelajarinya.[8]
Dalam kegiatan tersebut orang tua harus
mengetahui pertumbuhan anak. Dengan tersebut, maka orang tua akan mudah
mengetahui tingkatan yang harus dipelajari anak. Selain itu kita harus mampu
membuat kenyamanan dalam proses belajar.
Bimbingan
orang tua dirumah mutlak diperlukan, karena dengan bimbingan tersebut orang tua
dapat mengetahui segala kekurangan dan kedulitan yang dihadapi anak. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa orang tua mempunyai peranan besar, yaitu mendidik,
membimbing, menyediakan sarana dan prasarana belajar serta memberikan tauladan
yang baik kepada anak-anaknya.
Bimbingan orang tua juga sangat
berperan penting untuk mengikatkan motivasi belajar. Dengan motovasi tersebut
maka seorang anak dapat menunjukkan bakat serta ikut berpartisipasi dalam
pendidikan.
Bimbingan yang harus dilakukan oleh
orang tua adalah harus mengarah pada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang
ditanamkan harus kuat serta hanya untuk bertujuan mengikuti kegiatan pendidikan.
Situasi ini dapat tercipta jika ikatan emosional anak dan orang tua menyatu.
Suasana yang aman ini akan membuat anak mengembangkan dirinya untuk menuju masa
depan yang berprestasi.[9]
Dalam membimbing dan mendidik anak
orang tua tidak boleh memastikan keberhasilannya, karena hal itu dapat
menjadikan anak tidak berhasil. Namun, apabila orang tua mendidiknya dengan
kasih sayang, perhatian, dan membolehkan kegagalan malah dapat menjadikan
keberhasilan anak.[10] Karena pada dasarnya jika seorang anak dipaksa maka anak
itu akan memberikan penolakan, rasa marah, dan benci.
Selain itu jika seorang anaki
diperlakukan dengan sikap orang tua yang tidak berlebihan dalam memberikan
perhatian, maupun aturan, maka akan membuat anak merasa dirinya dipercaya dan
dihargai serta tidak tertekan dan akan mempunyai rasa tanggung jawab dan
disiplin dalam mengerjakan tugasnya khususnya belajar.
Orang tua memiliki cara dan pola
tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut pasti
berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola dan cara
tersebut merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam
berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pembimbingan.
Adapun hal-hal yang diberikan orang
tua dalam membimbing anak adalah memberikan perhatian, peraturan, disiplin,
hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya. Dengan hal-hal tersebut
maka akan diharapkan semangat belajar anak naik dan menjadikan prestasi yang
unggul.
L. Pengaruh
bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa
Prestasi belajar merupakan tingkat
kemampuan siswa yang dimilikinya dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi seseorang
sesuai dengan tingkat kesungguhan dan keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.
Untuk menjadikan prestasi belajar
baik, maka wajib untuk seorang siswa belajar. Belajar adalah berusaha, berlatih
untuk mendapatkan suatu kepandaian.[11] Untuk menjadikan motivasi belajar siswa
tinggi diperlukan bimbingan dari orang tua, karena dengan perhatian orang tua
terhadap pribadi anak akan memperkecil kegagalan. Penelitian membuktikan bahwa
keberhasilan seorang anak karena rajin belajar. Dan untuk menumbuhkan semangat
belajar , orang tua dapat memberikannya bimbingan sehingga menjadikan anak
lebih semangat atau rajin belajar.
Dalam
membimbing, orang tua harus mampu menerapkan prinsip pendidikan yaitu :[12]
1.
Apabila anak siap mental dan fisik
2.
Apabila cukup padanya minat untuk belajar
3.
Apabila dilakukannya sesuatu yang akan dipelajarinya
4.
Apabila ia ikut aktif dalam pengalaman belajar
Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Bloom adalah bahwa seorang anak yang berprestasi dan sukses
karena dididik oleh orang tuanya dengan penuh perhatian dan didampingi oleh
pelatih atau pembimbing yang professional.
Selain itu untuk menjadikan
prestasi anak lebih tinggi orang tua dapat memberikan pujian dengan ucapan
selamat atas prestasi mereka. Sikap orang tua tersebut dapat memberikan efek
psikologis bahwa anak merasa dihargai eksistensinya dan menjadikan mereka lebih
termotivasi untuk berprerstasi lebih baik.
Bimbingan orang tua memang sangat
berpengaruh terhadap prestasi anak, karena dengan bimbingan orang tua siswa
atau anak dapat mengetahui tentang cara-cara dalam belajar serta dapat
meningkatkan semangat belajar anak yang akan menjadikannya keberhasilan dan
kesuksesan. Selain itu seorang anak tidak akan merasa jenuh dalam belajar
karena orang tua selalu mendampinginya dan memperhatikannya.
Keberhasilan
pelajar Indonesia meraih prestasi di bidang ilmu pengetahuan di tingkat internasional
menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa putra-putri bangsa Indonesia tidak
hanya mampu bersaing, tapi juga menunjukkan prestasi yang luar biasa di forum
internasional.
Sudah banyak terdengar anak-anak muda Indonesia meraih juara di olimpiade bidang fisika atau matematika. Oleh karena itu, Menpora Andi Mallarangeng berharap agar prestasi internasional yang telah diukir siswa Indonesia dapat mendorong para siswa lain di Tanah Air untuk bekerja keras dan mencetak prestasi bertaraf internasional berikutnya.
Menpora Andi, juga menyatakan bangga atas prestasi anak-anak muda di berbagai cabang olahraga, seperti juara dunia tinju Chris John dan Irene K. Sukandar yang menjuarai catur Asian Continental Chess Championship 2012. ''Ini (Irene) tercatat pertama kali perempuan Indonesia menjadi grand master dan akan mengikuti kejuaraan dunia,'' kata Menpora.
Selain itu, di bidang lain, ada pula Fahma Waluya Rosmansyah. Di usia ke-13 tahun, gadis cilik yang memiliki kegemaran bermain game ini, menjadi salah satu pencipta game dan software mobile termuda di dunia. Ia berhasil memperoleh penghargaan APICTA Awards dalam lomba pembuatan software di Kuala Lumpur, Malaysia pada ajang Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) International pada Oktober 2010 lalu.
''Itulah cara anak muda dalam mengharumkan nama bangsa dan negara melalui karya-karya mereka,'' kata Menpora. Bagi saya, lanjut Menpora, memaknai Harkitnas tidak harus dalam konteks suatu karya yang mendunia, tapi juga bisa dengan karya yang kreatif sekaligus bisa memandirikan, artinya tidak tergantung kepada orang lain. Ia mengambil contoh, seperti beternak ikan lele. Meski tidak mendunia tapi anak-anak muda di desa binaan bisa mandiri dengan memperkerjakan orang lain. ''Hal semacam ini juga adalah bagian dari proses kebangkitan nasional,'' ujar Menpora lagi.
Sudah banyak terdengar anak-anak muda Indonesia meraih juara di olimpiade bidang fisika atau matematika. Oleh karena itu, Menpora Andi Mallarangeng berharap agar prestasi internasional yang telah diukir siswa Indonesia dapat mendorong para siswa lain di Tanah Air untuk bekerja keras dan mencetak prestasi bertaraf internasional berikutnya.
Menpora Andi, juga menyatakan bangga atas prestasi anak-anak muda di berbagai cabang olahraga, seperti juara dunia tinju Chris John dan Irene K. Sukandar yang menjuarai catur Asian Continental Chess Championship 2012. ''Ini (Irene) tercatat pertama kali perempuan Indonesia menjadi grand master dan akan mengikuti kejuaraan dunia,'' kata Menpora.
Selain itu, di bidang lain, ada pula Fahma Waluya Rosmansyah. Di usia ke-13 tahun, gadis cilik yang memiliki kegemaran bermain game ini, menjadi salah satu pencipta game dan software mobile termuda di dunia. Ia berhasil memperoleh penghargaan APICTA Awards dalam lomba pembuatan software di Kuala Lumpur, Malaysia pada ajang Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) International pada Oktober 2010 lalu.
''Itulah cara anak muda dalam mengharumkan nama bangsa dan negara melalui karya-karya mereka,'' kata Menpora. Bagi saya, lanjut Menpora, memaknai Harkitnas tidak harus dalam konteks suatu karya yang mendunia, tapi juga bisa dengan karya yang kreatif sekaligus bisa memandirikan, artinya tidak tergantung kepada orang lain. Ia mengambil contoh, seperti beternak ikan lele. Meski tidak mendunia tapi anak-anak muda di desa binaan bisa mandiri dengan memperkerjakan orang lain. ''Hal semacam ini juga adalah bagian dari proses kebangkitan nasional,'' ujar Menpora lagi.
1. Penemuan Teknologi 4G
Penemu
teknologi 4G ternyata adalah orang Indonesia. Seperti dikutip dari Bisnis.com,
alumni Teknik Elektro ITB dengan predikat cum laude pada tahun 2000, Khoirul
Anwar adalah penemu teknologi tersebut. Tidak hanya menemukan, ia juga pemilik
paten 4G.
Untuk
diketahui, Khoirul juga lulusan Nara Institute of Science and Technology
(NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Ia
juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless
Symposium (RWS) 2006, di California.
Masih
dari tulisan Bisnis.com, penemuan teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan
ide mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data.
Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih
kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.
Pada
paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah
menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi
yang berbeda akan bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan.
Namun,
anak Indonesia asli asal Kediri ini mengkompensasi risiko tersebut dengan
mengembangkan algoritma khusus di laboratorium, hasilnya interferensi tersebut
dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya
GI.
Asisten
Professor di JAIST ini masih terus mengasah kemampuannya. Meski berprestasi
cemerlang di Jepang, Khoirul Anwar menyimpan keinginan untuk kembali ke
Indonesia jika telah menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang
telekomunikasi.
2. Pembuatan Satelit INASAT-1
Prestasi
Indonesia lainnya dibidang teknologi ialah dengan membangun dan mendesain
satelit sendiri yakni satelit INASAT-1. Satelit ini adalah Nano Hexagonal
Satelit yang dibuat dan didesain sendiri oleh Indonesia untuk pertama kalinya.
Seperti
dikutip dari Wikipedia.Org, INASAT-1 merupakan satelit metodologi penginderaan
untuk memotret cuaca buatan LAPAN. Selain itu INASAT-1 adalah satelit Nano
alias satelit yang menggunakan komponen elektronik berukuran kecil, dengan
berat sekitar 10-15 kg. Satelit itu dirancang dengan misi untuk mengumpulkan
data yang berhubungan erat dengan data lingkungan (berupa fluks magnet
didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun housekeeping yang digunakan untuk
mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
Adapun
satelit itu dirancang bersama oleh PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi
Elektronika (Pustek) Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN,
Dirgantara Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan Kemandirian
Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano dengan nama
Inasat-1 (Indonesia Nano Satelit-1).
Dari
segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate tiga
sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku geraknya.
Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk satelit-satelit
ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 km.
3. Penemuan Pesawat Terbang dengan Two-Man
Cockpit| Garuda Indonesian Airways A300 Pesawat Dua Cockpit Pertama di Dunia
Dulu,
satu unit pesawat terbang harus dinavigasi oleh 3 sampai 4 orang pilot dan
co-pilot. Namun, sejak adanya penemuan penyederhanaan cockpit, pesawat
terbang hanya perlu dipiloti oleh dua orang saja.
Wiweko
Soepono dan Pesawat Airbus A300-B4 | Foto : Infogue.com
Adalah
Wiweko Soepono yang dikenal sebagai penemu pesawat komersil two-man
cockpit yang diterapkan pabrik Airbus Industrie. Pesawat pertama kokpit dua
awak (crew) adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit),
cikal bakal pesawat glass cockpit berawak dua yang digunakan hingga sekarang.
Mengutip
tulisan Wikipedia.Org, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 18 Januari 1923
dan meninggal di Jakarta, 8 September 2000 pada umur 77 tahun ini dulunya
adalah direktur utama Garuda Indonesia pada periode 1968-1984. Pesawat pertama kokpit
dua awak (crew) di dunia adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew
Cockpit).
Dalam
perjalanannya sebagai direktur utama Garuda Indonesia, Wiweko sering
menerbangkan pesawat armadanya sendiri. Pengalamannya menerbangkan pesawat
mesin ganda baling-baling Beechcraft Super H-18 Desember 1965 trans-Pasifik
seorang diri dari pabrik Beechcraft di Wichita (Kansas) via Oakland, Amerika
Serikat (7 Desember) ke Jakarta sehingga Wiweko mengusulkan agar pesawat Super
H-18 mempergunakan sistem intergrity untuk one pilot operation dan diterima
oleh perusahaan Beechcraft.
Pengalaman
inilah yang membuat dirinya bersama staf Airbus Industrie, eksekutif perusahaan
Roger Beteille, pilot uji Pierre Baud, serta staf lainnya membuat konsep
penerbangan dengan dua awak pesawat. Konsep ini dibuat setelah uji coba dengan
pesawat Airbus Airbus A-300B-4 memperlihatkan peran flight engineer yang tidak
terlalu banyak. Dengan mengeliminir flight engineer dan mengubah setting layout
cockpit pesawat, maka diperoleh konsep FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) yang
memungkinkan pesawat kelas jumbo hanya diterbangkan oleh dua awak pesawat.
Konsep
FFCC sangat ditentang pada saat itu, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun
kini konsep itu disempurnakan menjadi glass cockpit yang menjadi standar untuk
pesawat sipil. Boeing yang semula menentang akhirnya menggunakan teknologi ini
pada pesawat Boeing 747 400 dan Boeing 777. Nama glass cockpit juga dikenal
sebagai Garuda cockpit yang sebelumnya dinamakan Wiweko cockpit.
Garuda
Indonesia tercatat mengoperasikan 9 pesawat jenis ini (A 300 B4 FFCC), salah
satunya jatuh di Sibolangit, Sumatera Utara pada tahun 1997. Pada akhirnya
untuk menyehatkan keuangan perusahaan (dan mengikuti perkembangan teknologi),
pesawat ini kemudian dijual untuk menyehatkan perusahaan meskipun menurut R.J.
Salatun, setidaknya ada salah satu yang dijadikan museum.
4. Penemuan Dibidang
Semiconductor Nanostructure Optoelectronics Devices dan High Power
Semiconductor Lasers
Adalah
Prof. Nelson Tansu, Ph.D penemu dan pemegang paten dibidang semiconductor
nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor
lasers. Penemuan tersebut sangat membantu dunia kesehatan dan kedokteran.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara pada tanggal 20 Oktober 1977 ini juga dikenal
sebagai profesor termuda asal Indonesia di Amerika Serikat.
Nelson
merupakan lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga pernah
menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Namanya yang unik dan
tidak mencirikan nama Indonesia sempat dikira sebagai orang Turki dan Jepang.
Dugaan itu muncul jika dikaitkan dengan hubungan famili Tansu Ciller, mantan
perdana menteri (PM) Turki. Beberapa netters malah tidak segan-segan
mencantumkan nama dan kiprah Nelson ke dalam blog/website Turki sebagai orang
Turki. Seolah-olah mereka yakin betul bahwa fisikawan belia yang mulai berkibar
di lingkaran akademisi AS itu memang berasal dari negerinya Kemal Ataturk.
Ada
pula yang mengira bahwa Nelson adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau
Tiongkok. Yang lebih seru, beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan
melamar Nelson dan meminta dia “kembali” mengajar di Jepang.
Nelson
yang sekarang menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh
University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2),
doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer.
Lebih
dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai
konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi
pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik
di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson
telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya.
Ada
tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor
nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. (sumber
: kolombiografi.blogspot.com)
5. Penemuan Kapal Ikan Bersirip
Doktor
dari The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University,
Jepang (1993), ini adalah penemu teknologi kapal ikan bersirip. Temuan pria
bernama lengkap Prof. Dr. Ir. Alex Kawilarang Warouw Masengi, MSc kelahiran
Desa Kinilou, Tomohon, 13 Juni 1958, ini sudah dipatenkan di Jepang.
Suami
dari Ixchel Peibie Mandagie MSi (juga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Unsrat), ini diilhami ikan terbang dalam menemukan teknologi
perkapalan tersebut. Ikan itu dapat terbang jauh bagaikan pesawat udara yang
melayang rendah di atas permukaan air laut.
melayang rendah di atas permukaan air laut.
Dia
tertarik ketika mengamati bentuk tubuh dan sirip ikan terbang antoni (torani).
Ikan itu dapat melayang di atas permukaan air laut. Tubuhnya terangkat melalui
pergerakan sirip yang relatif panjang dan dorongan pergerakan tubuhnya sendiri.
Pakar teknik perkapalan perikanan ini mengamati ikan antoni memiliki bentuk
tubuh yang relatif unik, mulai dari kepala, badannya yang montok, pergelangan
ekornya serta seluruh siripnya. Bentuk tubuh dan sifat-sifat khas ikan antoni
itulah yang ia terapkan ke dalam desain badan kapal ikan, berikut pemasangan
sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya, tingkat kestabilan kapal ikan
relatif menjadi lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain. (sumber : TokohIndonesia.com)
dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain. (sumber : TokohIndonesia.com)
6. Penemuan Konstruksi Pondasi Cakar
Ayam
Prof
Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara
listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah,
2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa
yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat
tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan
diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.
Karena
waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar
diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru ,Lahirlah ide Ir
Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton
yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat
secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.
Oleh
Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara
tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di
daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi ka wasan industri. Bagi daerah yang
bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung,
tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini
tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang susut. (wikipedia.org)
7. Pesawat N 250
Pesawat
N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli
IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia, PT DI,Indonesian Aerospace),
Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain,
produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang
merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda
dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan
CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara
patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN.
Pesawat
ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang
dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun
akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah
mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di
Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang
dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan
dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan
B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan
direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker
F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena
perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada
tahun 1996. (Wikipedia.Org)
8. Teori Crack Progression Oleh BJ
Habibie
Kulit
luarnya bisa saja terlihat halus mulus tanpa cacat. Tapi siapa tahu, sisi
dalamnya keropos. Ketidakpastian inilah yang dihadapi industri pesawat terbang
sampai 40 tahun lalu. Pemakai dan produsen sama-sama tidak tahu persis, sejauh
mana bodi pesawat terbang masih andal dioperasikan. Akibatnya memang bisa
fatal. Pada awal 1960-an, musibah pesawat terbang masih sering terjadi karena
kerusakan konstruksi yang tak terdeteksi. Kelelahan (fatique) pada bodi masih
sulit dideteksi dengan keterbatasan perkakas. Belum ada pemindai dengan sensor
laser yang didukung unit pengolah data komputer, untuk mengatasi persoalan
rawan ini.
Titik
rawan kelelahan ini biasanya pada sambungan antara sayap dan badan pesawat
terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang mengalami
guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas maupun
mendarat. Ketika lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara (uplift)
yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung empasan
tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan
(crack).
Titik
rambat, yang kadang mulai dari ukuran 0,005 milimeter itu terus merambat.
Semakin hari kian memanjang dan bercabang-cabang. Kalau tidak terdeteksi,
taruhannya mahal, karena sayap bisa sontak patah saat pesawat tinggal landas.
Dunia penerbangan tentu amat peduli, apalagi saat itu pula mesin-mesin pesawat
mulai berganti dari propeller ke jet. Potensi fatique makin besar.
Pada
saat itulah muncul anak muda jenius yang mencoba menawarkan solusi. Usianya
baru 32 tahun. Postur tubuhnya kecil namun pembawaannya sangat enerjik. Dialah
Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, laki-laki kelahiran Pare-pare, Sulawesi
Selatan, pada 25 Juni 1936.
Habibie-lah
yang kemudian menemukan bagaimana rambatan titik crack itu bekerja.
Perhitungannya sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia
penerbangan, teori Habibie ini lantas dinamakan crack progression. Dari sinilah
Habibie mendapat julukan sebagai Mr. Crack. Tentunya teori ini membuat pesawat
lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi juga
membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah. (jaist.ac.jp)
9. Penemu
Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
Prof
Dr. Rahmiana Zein adalah penemu teknik kromatografi tercepat di dunia.
Keberhasilan ini diperoleh istri Prof. Dr. Edison Munaf, Pembantu Rektor II
Universitas Andalas itu saat penelitian untuk disertasi doktor bidang kimia
dibawah bimbingan Prof. Toyohide Takeuchi, di Universitas Gipu, Jepang pada
1998. Kromatografi memang bukan ilmu baru. Pemisahan senyawa kimia memanfaatkan
interaksi antara pelarut, sampel yang akan dipisahkan, fase diam (stationary
phase) dan fase bergerak (mobile phase) ini telah berkembang seabad silam.
Setelah T. Swett berhasil memisahkan zat warna dedaunan tahun 1903.
“Pisau
pembedah” senyawa kimia yang cepat dan simultan ini terus berkembang ke bidang
lain. Terutama ilmu kedokteran, pertanian, peternakan, biologi dan lingkungan.
Izmailov dan Schaiber misalnya, pada 1938 menggunakan teknik ini untuk
memisahkan senyawa lapisan tipis. Lalu Martin dan James, tahun 1952, memakainya
untuk membedah senyawa gas. Namun jika sebelumnya para peneliti perlu waktu
antara 1.000 dan 100 menit, adik kandung Mayor Jendral (purnawirawan) Kivlan
Zein itu hanya butuh 10 menit. (Jaist.ac.jp)
10.Teori 23 Kromosom
Dr.
Joe Hin Tjio, seorang ahli Cytogenetics asal Indonesia menemukan fakta bahwa
kromosom manusia berjumlah 23 buah. Melalui penelitian di laboratorium
Institute of Genetics of Sweden’s University of Lund, temuannya berhasil mematahkan
keyakinan para ahli genetika bahwa jumlah kromosom adalah 24 buah. Ia berhasil
menghitung jumlah kromosom dengan tepat setelah menyempurnakan teknik pemisahan
kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr. T.C. Hsu di Texas
University, AS.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa kita harus
mencapai prestasi setinggi tingginya tak peduli sesulit apapun. Termasuk untuk
kita generasi muda, kitalah yang wajib mengangkat derajat bangsa ini dimata
dunia baik berprestasi dalam bidang politik ataupun olahraga dan lain lain.
Bimbingan adalah
suatu proses yang digunakan untuk membantu seorang individu untuk menjadi lebih baik. Dalam melakukan
pembimbingan hal-hal yang dilakukan orang tua adalah :
1. Harus disertai kasih saying
2. Menanamkan sikap disiplin yang
membangun
3. Mengajarkan tentang sesuatu yang
salah dan benar
4. Memperhatikan dan mendengarkan
pendapat anak
5. Membantu mengatasi masalah anak
6. Melatih anak mengenal diri dan
lingkungan
7. Memahami keterbatasan pada anak
Prestasi adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatannya
sesuai dengan bobot yang dicapainya dan diukur dengan evaluasi. Pengaruh antara
bimbingan orang tua sangat erat karena pembimbingan seorang anak merasa
diperhatikan dan mengurangi kegagalan. Adapun hal-hal yang dilakukan orang tua
untuk menjadikan anak berprestasi adalah :
a. Kedisiplinan
b. Memotivasi belajar
c. Memberi pengarahan, peringatan dan
mengontrol aktivitas anak
d. Memberi dukungan terhadap anak
e. Memberi penghargaan terhadap anak
Dari hal-hal tersebut kita dapat membuat
INDONESIA
Dipandang di mata
dunia dengan prestasi dan penemuan tertentu sesuai dengan kemampuan kita.
B.
Saran
Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca dapat
lebih termotivasi untuk menggapai prestasi setinggi tingginya. Tak ada yang
sulit jika kita punya motivasi dan semangat yang cukup, lakukan segalanya
sesuai kemampuan dan tak usah memaksakan diri jika memang tak mampu untuk
meraih itu, berprestasilah dibidang yang kalian minati karena Pada hakikatnya manusia adalah individu ciptaanTuhan Yang Maha Esa
yang memiliki potensi diri yang berbeda satu dengan yang lainnya,
sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan
sama. Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap siswa
adalah individu yang unik
JANGANLAH BERHENTI
UNTUK BELAJAR DAN TERUSLAH BERMIMPI. JADIKAN MIMPI ITU KENYATAAN DENGAN ILMU
YANG TELAH ANDA DAPAT
DAFTAR
PUSTAKA
Depepdiknas, contextual
teaching and learning pendidikan kewarganegaraan
Novianastevaniseran.blogspot.
Dja’far Sabran, Risalah Tauhid, Sifat Dua Puluh,
(Samarinda, 1979).Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, ( Semarang, Tanjung Mas Inti, Revisi Terjemah, 1992)
Dra. Rostiah. N.K, Didaktik Metodik,(Jakarta:Bumi Aksara anggota IKAPI, 2002)
Departemen Agama RI, Al Qur;An Dan Terjemahnya. Revisi Terjemah 1992. Penerbit: PT Tanjung Mas Inti.
Hasbi As- Siddiqy, Sejarah Pengantar Ilmu Kalam,(jakarta: bulan bintang,1973)
H.M. Zurkani Yahya, Teologi Al- Ghozali, Pendekatan Metodologi, ( Pustaka Pelajar, anggota IKAPI,1986),
H. Zainuddin Hamidy,dkk. Terjemah Shahih Bukhori, jilid I, (Jakarta, Widjaya)
Jusuf Djayadisastra, Metode-Metode Mengajar, Jilid I, (Bandung: Angkasa, 2002)
Muhammadiyah Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam,(Surabaya:Al-Ikhlas, 1982).
Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, jilid IV, (Jakarta : Widjaya ).
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Pentafsiran Al- Quran, Jakarta. 1972.
Siman Hadi Widya Prakosa Tim Dosen Fip- Ikip Malang, Dasar – Dasar Kependidikan. Cet III Penerbit : Usaha Nasional. 1988.
Undang – Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.
WJS purwadarminto, kamus umum bahasa Indonesia. ( Jakarta: Balai pustaka )
Winarno Surakhmad, Metode Pengajaran Nasional, ( Bandung, Jemmars, 1979)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar