Jumat, 15 Mei 2015

Bhs.Indonesia"HUBUNGAN BELAJAR,POTENSI DIRI,DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELANJAR DAN PENGEMBANGAN PRESTASI DIRI ANAK DALAM MERAIH PRESTASI BANGSA"


HUBUNGAN BELAJAR,POTENSI DIRI,DAN  BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI  BELANJAR DAN PENGEMBANGAN PRESTASI DIRI ANAK DALAM MERAIH  PRESTASI BANGSA



BAB I
                                                             PENDAHULUAN                   

A.      Latar belakang
Manusia hidup di muka bumi ini tidak hanya untuk sekedar makan dan minum saja. Tetapi sebagai manusia harus mempunyai aktivitas lainnya. Apakah hanya hidup untuk makan atau makan untuk hidup? Semuanya tergantung pada diri individu masing-masing. Tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Robert J Tamasy, hidup di dalam dunia ini, upaya menunjukkan keunggulan diri (self promotion) tidak hanya dianggap biasa, tetapi juga seolah dianjurkanbahkan kita dituntut untuk melakukannya. Kita masih ingat sebagaimana yang dikatakan Mohamad Ali ketika meraih gelar juara tinju dunia, dia berteriak “Sayalah yang terbesar”. Ungkapan itu merupakan pernyataan kebanggaan akan keunggulan diri dan prestasinya dalam olah raga tinju. Sebenarnya untuk berprestasi tidak hanya di bidang olah raga, namun juga dalam bidang yang lain seperti seni atau ilmu pengetahuan.
Pentingnya pengetahuan  tentang belajar, prestasi diri bagi keunggulan bangsa, hubungan potensi diri dan prestasi diri untuk berprestasi sesuai kemampuan dan peran serta dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa,peran orang tua serta prestasi indonesia. Pada akhirnya  diharapkan dapat mewujudkan potensi diri menjadi prestasi diri yang membanggakan bangsa.

B.       RUMUSAN MASALAH
 1.   Apakah  pengertian belajar?
 2.   Apakah tujuan belajar?
 3.  Apakah yang dimaksud  aktivitas dalam belajar?
 4.  Apakah  faktor yang mempengaruhi belajar?
 5.  Apakah  pengertian prestasi belajar?
 6.  Apakah yang dimaksud dengan  perkembangan anak?
7.      apa pengertian prestasi diri ?
8.      bagaimana cara untuk meraih prestasi diri ?
9.      seberapa penting prestasi diri bagi seseorang ?
10. Apakah yang dimaksud dengan bimbingan orang tua terhadap prestasi anak?
11.  Bagaimana pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestassi belajar anak?
12.  prestasi yang diraih Indonesia dari pengembanggan prestasi diri!











BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
             Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidak pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai peserta didik.
Jika belajar diartikan sebagai suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta, maka seseorang yang telah belajar yang ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat di hafalkan guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika murid-muridnya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala.
            Adapula yang berpendapat bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan, sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai hasil latihan, untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis, seperti misalnya agar seorang anak mahir dalam akuntansi maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal akuntansi.
           Pendapat orang tentang belajar bermacam-macam. Adanya perbdaan pendapat tersebut disebabkan karena adanya kenyataan bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar, misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafal lagu dan lain sebagainya.
            Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono tentang pengertian belajar yaitu :
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.                                                   Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Herman H. Hudojo, sebagai berikut :
Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relative lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.  Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, yang menetap dalam waktu relatif lama. Definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh Syamsu Mappa di dalam bukunya, yaitu :

            Belajar pada hendaknya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadi proses interaksi antara orang yang melakukan kegiatan yang belajar yaitu siswa/ mahasiswa dengan sumber belajar, baik berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator yaitu guru/ dosen maupun yang berupa non manusia.
               Dari ketiga pengertian tentang belajar yang di kemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat ditarik suatu pengertian mengenai belajar yaitu, proses interaksi seseoranng dengan sumber belajar menyebabkan terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.
              Ada beberapa ciri peubahan tingkah laku dalam belajar dapat penulis dikemukakan sebagai berikut :
1.  Perubahan yang terjadi secara sadar
              Ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya,   sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, “misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kebiasaannya bertambah”. Jadi perubahan tingkah lakuindividu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.


2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
             Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.


3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
            Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendirinya.


4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
           Perubahan yang bersifat sementara atau temporeryang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap, misalnya kecakapan seseorang memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dipergunakan atau dilatih.


5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
            Bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Perubahan yang terjadi di dalam belajar mengarah kepada perubahan yang terjadi di dalam belajar mengarah kepada perubahantingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya saja seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mmungkin dapat dicapai dalam belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditettapkan sebelumnya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
            Perubahan yang diperoleh individu melalui proses belajar adalah merupakan perubahan keseluruhan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yaitu, “Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya”.

B. Tujuan Belajar

             Jika dirinci, sebenarnya tujuan belajar itu sangat banyak, dan untuk mencapai suatu tujuan harus diciptakan suatu system lingkungan tertentu. Apabila tujuan belajar itu adalah pengembangan nilai efektif, maka memerlukan system lingkungan yang berbeda dengan tujuan belajar lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman yaitu, “Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan system lingkungan yang berbeda dengan system yang dibutuhkan untuk belajar pengembangan gerak, dan begitu seterusnya”. (Sadirman, 1990 ; 28)
Tujuan-tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan, serta sikap sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu misalnya : kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.


Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
             Mempunyai pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan perkataan lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan. Sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecendrungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih dominan.
Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk kepentingan itu pada umumyadengan model kuliah atau menggunakan metode ceramah, pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya.


2. Penambahan konsep dan keterampilan
             Penambahan konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi keterampilan yang bersifat jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah yang dapat dilihat, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan serta kketerampilan berfikir, kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Keterampilan tentang sesuatu dapat dikembangkan di dalam diri anak, dengan cara memberikan latihan-latihan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan. Interaksi yang mengarah kepada pengembangan keterampilan mempunyai kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru


3. Pembentukan sikap
             Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini diperlukan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau modal.
Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi,dilihat, didengar, ditiru, semua perilakunya oleh para siswanya. Dengan demikian besar kemungkinannya para siswa akan meniru sikap dan perilaku gurunya.
            Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai luhur kepribadian bangsa yaitu pancasila serta nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu guru tidak sekedar sebagai pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang selalu berusaha menanamkan, mewariskan nilai-nilai luhur tersebut kepada anak didiknya. Jadi pada dasarnya tujuan belajar itu adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat Saediman yaitu :
a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)
b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)
c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).

C. Beberapa Aktivitas dalam Belajar

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar yaitu :
1. Mendengarkan
              Dalam kehidupan sehari-hari manusia saling berinteraksi atau bergaul sesamanya. Dalam pergaulan tersebut terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak terlibat langsung dalam percakapan tersebut, tetapi secara aktif mendenggarkan percakapan itu, maka dalam hal yang Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau dosen. Demikian dapat terjadi proses belajar. Tugas siswa adalah mendengarkan. Dengan ceramah, tidak semua orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila ia mendengarkan ceramah dari guru, didorong oleh kebutuhan, motivasi dan tujuan tertentu.


2. Memandang/melihat
             Setiap stimulus visual member kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Agar materi pelajaran dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh siswa, maka di dalam proses belajar mengajar perlu juga dilibatkan indera penglihatan, dengan cara observasi atau mengamati obyek yang sedang di bahas, misalnya di dalam pelajaran ekonomi, untuk membahas tentang perekonomian maka sebaiknya dilakukan praktek yaitu mengamati kondisi ekonomi yang ada dimasyarakat.


3. Meraba dan mencicipi/mengecap
            Meraba, mencium/membau dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, atau dikecap merupakan situasi yang memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Aktivitas meraba, mencium atau mengecap sesuatu obyek dapat dikatakan belajar, apabila aktiuvitas-aktivitas itu didorong oleh keperluan, motivasi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Menulis dan Mencatat
             Setiap aktivitas penginderaan yang mempunyai tujuan, akan memberikan kesan-kesan yang berguna bagi aktivitas belajar selanjutnya. Kesan-kesan itu merupakan materi untuk maksud-maksud belajar selanjutnya
Materi atau obyek yang ingin dipelajari lebih lanjut harus member kemungkinan untuk dipraktekkan. Beberapa materi di antaranya terdapat di dalam buku-buku. Untuk keperluan belajar dapat dibuat catatan dari setiap buku yang pernah dibaca. Bahkan dalam situasi seperti ceramah, diskusi, demonstrasi dan sebagainya dapat dibuat catatan untuk keperluan belajar dimasa-masa selanjutnya.


5. Membaca
            Belajar adalah aktif, artinya apabila membaca untuk tujuan belajar hendaknya dilakukan dengan serius atau dengan sungguh-sungguh. Membaca untuk keperluan belajar, misalnya harus dimulai dengan memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama dari sebuah buku, dan berorientasi kepada keperluan dan tujuan. Kemudian memilih topic-topik utama dari sebuah buku, dan berorientasi kepada keperluan atau tujuan itu.
6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan
           Banyak orang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku.


7. Mengingat
            Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.


8. Berpikir
            Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang akan menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.


9. Latihan atau Praktek
            Latihan atau praktek termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya.
Latihan atau praktek merupakan salah satu aktivitas belajar yang seharusnya selalu dilakukan oleh individu yang belajar. Misalnya dengan latihan mengerjakan soal-soal Matematika akan memperbesar kemampuan dalam memahami dan menguasai pelajaran matematika tersebut.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

              Proses belajar adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku serta kecakapan, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.
             Berdasarkan asalnya, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang belajar, sedangkan faktor-faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar.
            Hal ini sesuai dengan pendapat M. Ngalim Purwanto dalam sebuah bukunya yaitu :
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual.
2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial.
            Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mngajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

            Berikut ini dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1. Motivasi
             Seseorang akan berhasil dalam belajar, apabila pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Menurut W.S. Winkel, “ Motivasi adalah daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan suatu kondisi internal atau disposisi…”.
Dengan memberikan motivasi dimaksudkan untuk menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan anak-anak untuk mau belajar. Anak yang mempunyai intelegensi yang tinggipun apat saja gagal dalam belajarnya karena kekurangan motivasi, hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution yaitu :
            Anak mempunyai intelegensi tinggi mungkin saja gagal karena kekurangan motivasi. Hasil baik tercapai dengan motovasi yang tepat. Anak yang gagal tak begitu saja dapat dipersalahkan. Mungkin gurulah yang takberhasil memberikan motivasi yang membangkitkan kegiatan pada anak.   

         Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsunngan dari kegiatan belajar dan yang memberiakn arah pada kegiatanbelajar itu, maka tujuan yang diketahui oleh siswa tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa motif, yang bersama-sama menggerakan sistem untuk belajar, motivasi belajar merupakan faktor psikis yag bersifat nonintelektual.
Peran motivasi yang khas adalah dalam hal meningkatkan gairah/semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.


2. Peranan Hukuman Dan Penghargaan
              Penghargaan dan Hukuman dapat merupakan motivasi dalam belajar sama besarnya. Menurut Pasaribu dan B. Simanjuntak, “ Hukuman membuat anak tidak melakukan sesuatu

 ( Stoping Out ), sedang penghargaan ( Reward ) membuat sesuatu perbuatan dilakukan “.
Dengan demikian jelaslah bahwa hukuman atau penghargaan yang diberikan oleh guru kepada anak-anak yang memang patut menerimanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar.


3. Suasana Lingkukan Eksternal
              Suasana lingkungan eksternal ini menyangkut bayak hal antara lain, cuaca, kondisi tempat belajar, misalnya kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik kelas, ketenangan. Suasana ruang kelas, misalnya sangat terang, remang-remang atau gelap.
Faktor- faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungannya.

4. Kematangan
              Kematangan dicapai individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya, “ Kematangan terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dabarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut”. ( Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991;137).
Kematangan memberikan kondisi dimana fungsu-fungsi otak menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya fungsi-fungsi otak dan sistem syaraf, hal ini akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang.


5. Faktor Usia Kronologis
             Pertambahan dalam usia sesalu disertai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan, “ semakin tua usia individu, semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologinya”.
Dengan demikian anak yang lebih tua usianya tentu lebih kuat, dan lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebih mampu mengarakan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama.


6. Kapasitas Mental
           Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan berbagai keterambilan/kecakapan. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yaitu, “ Dalan tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada sistem syaraf dan jringan otak “.
Bakat yang dibawa oleh individu sejak dilahirkan serta pengaruh lingkungan dapat menyebabkab berkembangnya kapasitas mental individu yang berupa intelegensi. Oleh karena latar belakang heriditas dan lingkungan individu berbeda, maka intelegensi masing-masing individuan bervariasi.


7. Guru dan Cara Mengajarnya
             Dalam proses belajar mengajar disekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.


8. Ingatan
             Ingatan adalah merupakan salah satu fungsi jiwa yang penting dalam belajar, terutama yang menyangkut mereproduksikan kembali apa-apa yang telah dipelajari.
Menurut Sardiman didalam bukunya menyebutkan bahwa ingatan berfungsi, sebagai berikut :
1. Mencamkan atau menerima kedan-kesan dari luar
2. Menyimpan kesan,
3. Memproduksi kesan, oleh karena itu ingatan merupakan kecakapan untuk memproduksi kesan-kesan didalam belajar.


9. Tanggapan
             Tanggapan adalalah gambaran/kesan-kesan yang tinggal dalam ingatan setelah seseorang malakukan pengamatan atau observasi terhadap sesuatu obyek. Tinggi rendahnya intensitas tanggapan yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajarnya.
Demikian telah penulis kemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, penulis menyadari bahwa masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi belajar.
Namun demikian penulis berpendapat bahwa apa yang telah penulis kemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seperti tersebut di atas secara umum, telah memadai.

E. Pengertian Prestasi Belajar

             Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh siswa selama batas waktu tertentu. Ada suatu pendapat pendapat yang mengatakan bahwa prestasi adalah keberhasilan siswayang di capai selama waktu tertentu, dalam sejumlah mata pelajaran yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bukti keberhasilan dan peruahan siswa dalam penguasaan pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilai sikap melalui tahapan-tahapan evaluasi belajarbyang dinyatakan dengan nilai.

             Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian prestasi belajar, baiklah penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, prestasi adalah “ Hasil yang telah dicapai ( dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”.
Sedangkan menurut W.S. Winkel bahwa, “ Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang di capai “.
             Keberhasilan juga ditentukan oleh motivasi, bimbingan dari orang tua, karena orang  tua merupakan orang yang bertanggung jawab dilingkungan keluarga terhadap keberhasilan anaknya. Hasil belajar menurut Helmart Hiedeis adalah sebagai berikut :
Tahap pertama kalau siswa telah dapat mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dai ingatannya. Apa yang diperolehnya dengan cara begini menjadi dasar bagi bentuk belajar yang lebih maju. Tahap kedua tercapai kalau siswa dapat mengorganissikan sendiri dari tinjauan lain yang baru, artinya apa yang telah dipelajarinya prinsip organisasi tertentu. Tahap ketiga menghendaki kecakapan mentransper memakaikan cara-cara pemecahan persoalan terhadap masalah-masalah yang serupa. Tahap keempat ialah berfikir produktif dalam pemecahan masalah yang menghendaki kecakapan untuk menemukan sendiri masalah-masalahnya mencari kriteria pemecahan sendiri dan mengkritik hasilnya secara kritis.

             Prestasi yang dicapai siswa tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya intelegensi, motivasi dalam belajar, faslitas belajar dan tidak kalah pentingnya keikutsertaan orang tua membantu membimbing, serta membantu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.
             Prestasi belajar siswa di sekolah dapat dilihat pada angka raport atau ada daftar nilai formatif, sumatif atau nilai ebtanas pada akhir kelulusan siswa.
Ditinjau dari segi didaktis maka penilaian proses belajar ini sangat penting, karena mereka ingin mengetahui kemajuan yang telah dicapai yang dapat mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, sehingga diharapkan prsetasi berikutnya akan lebih meningkat. Dengan mengetahui nilai mereka, setidak-tidaknya dapat menjadikan motivasi untuk lebih giat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang lebih baik. Sedangkan bagi guru tidak hanya menilai hasil usaha murid saja, tetapi sekaligus ia juga menilai hasl usahanya sendiri.
             Ditinjau dari segi dasar psikologis, penilaian belajar merupakan kepuasan batin baik siswa sendiri, maupun bagi guru dan orang tua siswa sendiri ingin mengetahui hasil dari bimbingan, pengarahan serta petunjuk yang diberikan oleh orang tuanya.
Sedangkan bila ditinjau dari segi administratif, bahwa prestasi siswa itu merupakan :
1. Data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya, yaitu apakah anak didik tersebut    tergolong anak pandai, sedang atau kurang.
2. merupakan inti laporan tentang kemajuan siswa-sisw pada orang tuanya. Deprtemen yang berwenang, guru-guru dan murid itu sendiri.

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

             Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Namun demikian kedua proses tersebut yaitu tumbuh dan berkembang berlangsung secara independen, artinya saling tergantung satu sama lainnya. Kedua proses itu tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang murni,berdiri sendiri, akan tetapi keduanya dapat dibedakan.
            Menurut Kartini Kartono, “ Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, ….”.
            Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitas pada individu, misalnya bertambah panjangnya tubuh tubuh anak, tubuh bertambah berat, tulang-tulang menadi tambah panjang/besar dan kuat, kemudian perubahan dalam sistem parsyarafan dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah. Dengan perkataan lain pertumbuhan dapat disebut sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif, hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi, “ Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif “. ( Abu Ahmadi, 1991;61 ).
             Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.
Selanjutnya menurut Kartini Kartono, “ Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik hasil dari prosespematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar oleh anak, dalam mencobakan segenap potensi rohani dan jasmaninya.
Segenap tingkah laku anak itu dirangsang dari dalam yaitu dorongan-dorongan dan insting-insting tertentu guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
            Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan frustasi, hal ini sesuai dengan pendapat Kartini Kartono yaitu, “ Jika kebutuhan-kebutuhan yang vital-biologis maupun yang sosial kultural tersebut tidak atau belum terpenuhi, maka akan timbul ketegangan, iritasi dan frustasi “.
            Anak-anak yang normal dan sehat senantiasa dibekali oleh alam dengan implus-implus untuk mencapai satu tujuan. Manusia senantiasa berusaha mengisi hari ini dan hari esok dengan kegiatan-kegiatan baru, berekplorasi, dan berekspremen untuk mencapai satu tujuan.
Apabila kemampuan intelektual anak sudah berkembang, maka ia akan memperlihatkan rasa ingin tahunya, dan terus menerus bertanya tentang macam-macam peristiwa. Sejak anak dilahirkan hingga akhir hayatnya, ia selalu ingin maju.
            Jadi di dalam perkembangan anak terdapat impuls-impuls bawaan yang mendorong segenap mekanisme dari potensi untuk berfungsi aktif, berkembang dan terus maju. Dapat dikatakan ahwa mekanisme perkembangan anak memang terjadi alami. Guna mendapatkan wawasan yang lebih jelas mengenai perkembangan anak, orang membagi masa perkembangan dalam beberapa periode. Ha ini disebabkan oleh karena pada saat-saat perkembangan tertentu, anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku atau karakteristik yang hampir sama.
            Pada umumnya pada Sarjana Ilmu Jiwa mengemukakan pembagian periode tadi menurut pertimbangan sendiri. Hal ini terutama disebabkab oleh karena batas-batas yang jelas dari masa-masa perkembangan itu memang tidak bisa dipastikan dengan seksama.
Periodesasi perkembangan anak ditinjau dari berbagai hal yang menonjol, misalnya perkembangan ego, perkembangan intelegensi, perkembangan biologis, perkembangan didaktis, atau perkembangan psikologis anak.
            Menurut Johann Amos Comenius yang dikutip oleh Abu Ahmadi, dalam bukunya perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
1. Scolo Materna ( Sekolah Ibu ) usia 0,0 – 6,0 , masa anak mengembangkan organ tubuh dan pancaindera itu dibawah asuhan ibu ( keluarga )
2. Skala Vermacula ( Sekolah Bahasa Ibu ) usia 6,0 – 12, 0, mengembangkan pikiran, ingatan dan perasaannya disekolah ( Bahasa Ibu ).
3. Scole Latihan ( Sekolah Bahasa Latin ), masa anak mengembangkan potensinya terutama daya intelektual dengan bahasa asing pada usia 12, 0 – 18,0.

4. Academica ( Akademi ) adalah media pendidikan yang tepat bagi anak usia 18, 0 – 24, 0 tahun 20.

            Selanjutnya menurut Oswald Kroh, perkembangan anak dibagi dalam tiga fase yaitu sebagai berikut :
1. Dari lahir sampai masa menentang pertama, 4 tahun. Disebut pula sebagai masa kanak-kanak pertama.
2. Dari masa menentang pertama sampai pada masa menentang kedua 4 – 14 tahun. Disebut pula sebagai masa-masa keserasian atau masa bersekolah.
3. Masa menentang kedua sampai akhir masa muda. Disebut pula sebagai masa pematangan, 14 – 18 tahun. Batas Fase ketiga ini adalah akhir masa remaja 21.


Menurut Charlotte Buhler, masa perkembangan anak adalah sebagai berikut :


Fase pertama, 0 – 1 tahun : masa mnghayati obyek-obyek di luar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi. Terutama melatih fungsi motorik : yaitu fungsi ang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badab dan anggota tubuh.


Fase kedua, 2 – 4 tahun : masa pengenalandunia obyektif. Mulai ada pengenalan pada aku sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamtan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-benda di luar dirinya.


Fase ketiga, 5 – 8 tahun : masuk sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki masyarakat luas ( misalnya Taman Kanak-Kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermainan, dan sekolah rendah ). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara obyektif.


Fase keempat, 9 – 11 tahun : masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas tertinggi. Masa penyelidik, kegiatan mencoba dan bereksperimen, yang distimulir oleh dorongan-dorongan mmeneliti dan rasa ingin tahu yang besar.


Fase kelima, 14 – 19 tahun : masa tercapainya sintese antara sikap kedalam batin sendiri dengan sikap keluar kepada dunia obyektif 22.

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
1. Nativisme
            Para ahli yang mmengikuti alian nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
           Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhaer. Para ahli yang menganut teori nativisme mempertahankan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik, maka kemungkinan besar bahwa anaknya juga akan menjadi ahli musik, besar pokoknya keistimewaan yang dimiliki orang tua juga dimilki oleh anaknya.
Di pandang dari segi ilmu pendidikan, teori ini tidak dapat dibenarkan, sebab jika benar bahwa perkembangan anak itu hanya semata-mata dipengaruhi oleh faktor bakat atau pembawaan maka sekolah sebagai salah satu lingkungan bagi anak tidak dapat berbuat apa-apa, dalam rangka menyiapkan anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Artinya pengaruh lingkungan dan pendidikan dianggap tidak ada.

            Dalam kenyataannya sejak zaman dahulu hingga sekarang sekolah-sekolah selalu didirikan dan dilengkapi sarana dan persyaratannya, guna menampung anak-anak yang ingin bersekolah dari berbagai jenis dan tingkatan bahkan sampai ke perguruan tinggi.

2. Empirisme
            Para ahli yang menganut paham empirisme berpendapat bahwa perkembangan iru semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan, seangkan faktor bakat yang dibawa sejak lahir tidak mempunyai pernan sam sekali.
Tokoh utama aliran empirisme yaitu John Locke. Jika sekitarnya paham empirisme ini benar, maka dapat diciptakan manusia yang ideal sebagai mana yang diinginkan asalkan dapat disediakan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk itu.
Namun demikian kenyataannya menunjukan hal yang berbeda dari yang diharapkan. Banyak anak-anak orang kaya atau orang yang pandai mengecewakan orang tuanya karena kurang berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas-fasilitas yang tersedia bagi mereka lebih dar cukup. Sebaliknya banyak dijumpai anak orang-orang yang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas-fasilitas yang mereke perlukan sangat jauh dari mencukupi.


3. Konvergensi
           Paham nativisme maupun paham empirisme adalah ekstrimen, tidak berpijak kepada kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam khidupan sehari-hari.
Paham yang dapat dianggap dapat menyembatani kedua paham tersebut adalah pahan Konvergensi, yang dirumuskan oleh Wiliam Stern. Paham konvergensi ini berpendapat bahwa didalam perkembangan individu baik bakat atau pembawaan maupun lingkungan keduanya mempunyai peranan yang sangat penting.
           Tiap anak manusia yang normal, mempunyai bakat dan bakat tersebut akan berkembang apabila menemukan lingkungan yang sesuai. Dengan demikian jelaslah bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh bakat atau pembawaan dan lingkungan.

G. Masa Peka Dalam Belajar

            Pertumbuhan dan kematangan itu berlangsung diluar kontrol anak manusia, dan diluar kemauan anak itu sendiri. Namun demikian setiap pengalaman positif dapat mengembangkan pribadi anak. Oleh pengalaman tersebut anak menjadi matang dan penghayatan hidupnya akan bertambah luas.
            Berkembangnya suatu fungsi didorong ole suatu kekuatan dari dalam, seingga pada suatu saat terdapat kepekaan dan kematangan untuk melatih fungsi tertentu didalam jiwa anak, oleh karena itu saat-saat yang demikian tersebut masa peka atau saat kematangan.
Masa peka tiap-tiap individu tidaklah selalu sama waktunya, artinya individu yang mempunyai usia kronologis yang sama, belum tentu mempunyai masa peka yang sama pula. Jadi masa peka tiap-tiap individu, datangnya berbeda-beda tidak tergantung kepada usia kronologis. Cepat atau lambat masa peka untuk belajar bagi seorang individu dipengaruhi oleh banyak faktor.

           Menurut Kartini Kartono yaitu sebagai berikut :
Pertama, faktor-faktor sebelum lahir. Umpan : peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin : janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan : terkena infeksi oleh bakteri syiphilis, terkena penyakit TBC, kholera, typhus, gondok, sakit gula (diabetis melitus), dan lain-lain.

Kedua , faktor ketika lahir, antara lain ialah : pendarahan pada bagian kepala bayi, disebabkan oleh tekanan dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan, dan lain-lain.

Ketiga, faktor sesudah lahir antara lain : oleh pengalaman traumatik (luka-luka karena bayi jatuh : kepala terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari, infeksi pada otak atau selaput otak.


Keempat, faktor psikologis : antara lain bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Sebab lain ialah anak-anak dititipkan dalam suatu institusional (rumah sakit), rumah yatim piatu, yayasan perawatan bayi dan lain-lain), sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perawatan jasmaniya dan cinta kasih.

             Anak-anak yang belajar akan lebih menunjukkan prstasi yang baik apabila didorong oleh masa kematangan atau masa kepekaan. Sehubungan dengan masa kepekaan tersebut hendaknya para pendidik mengusahakan agar pada saat datangnya masa kepekaan tadi, tidak menghalangi atau menghambat aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan oleh anak.

H.      Prestasi Diri Bagi Keunggulan Bangsa

Setiap bangsa di dunia ini tentu memiliki kekhasan yang berbeda satu dengan yang lain. Tidak terkecuali dengan bangsa dan negara Indonesia. Sejak berdirinya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memiliki prestasi diri yang tidak sedikit. Prestasi diri adalah suatu kebanggaan yang telah dimiliki/diraih oleh suatu bangsa. Prestasi diri dapat dimiliki oleh individu maupun kelompok bahkan bangsa. Seperti baru-baru ini Human Development Index Indonesia tahun 2007 menduduki peringkat 107 dunia, atau mengalami peningkatan prestasi dalam menangani korupsi dan tidak lagi menjadi negara terkorup seperti sebelumnya.
Apakah mereka dapat disebut telah berprestasi ? Coba bandingkan pemahaman kalian tentang aktivitas dan hubungannyadengan prestasi diri dengan paparan berikut ini. Setiap manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau tidak, juga untuk membawa nama baik bangsa dan negara jika memang bisa. Pengertian prestasi yaitu hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh atau dikerjakan. 
Prestasi tiap orang tidak akan sama, ada yang berprestasi dalam hal :
o   melukis
o   berolahraga
o   irama musik
o   cepat menghitung
o   puisi
o   pemimpin
o   menyesuaikan diri
o   tampil menawan dan lain-lain
Manakah yang paling bagus prestasinya? Tidak mungkin terjawab dengan tepat, karena masing-masing peristiwa menampilkan “tokoh” yang memiliki kecerdasan dalam bentuk yang berbeda-beda. Prestasi antara orang satu dengan lainnya tentu tidak akan sama, dan seseorang tidak akan mungkin menjadi orang yang sama persis dengan orang yang dikagumi prestasinya. Mengapa demikian? Pada hakikatnya manusia adalah individu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki potensi diri yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan sama. Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap siswa adalah individu yang unik (berbeda satu dengan lainnya).
Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik maka setiap orang berusaha berprestasi demi keunggulan bangsa Indonesia tercinta. Tentu sangat membanggakan jika kita dapat berprestasi seperti Taufik Hidayat, Susi Susanti, Gita Gutawa Juara menyanyi di Mesir tahun 2007, Usman Hasan Saputra, Hermawan Kertajaya, Prof Dr Ir BJ Habibie, Dahlan Iskan atau Ir Ciputra, serta masih banyak lagi yang dapat dilihat dan disaksikan sendiri. Semua berprestasi sesuai bidangnya masing-masing. Ada yang di bidang olah raga, seni, budaya, maupun ilmu pengetahuan serta enterpreneur (wiraswasta). Mengapa mereka dapat berprestasi di bidangnya, dan mengapa kita tidak atau belum mampu berprestasi seperti mereka ?

I.                  Hubungan Potensi Diri dan Prestasi Diri Untuk Berprestasi Sesuai Kemampuan
II.                 
Potensi berasal dari kata bahasa Inggris to potent yang berarti keras, kuat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal. Potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut masih terpendam dalam diri yang bersangkutan. Setiap manusia pada dasrnya memiliki potensi, tetapi tidak setiap manusia berkehendak dan mau bekerja keras untuk mendayagunakan potensi tersebut.
Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Potensi diri ada yang positif dan ada yang negatif.
Potensi diri yang positif seperti :
1.      memiliki idealisme
2.      dinamis dan kreatif
3.      keberanian mengambil resiko
4.      optimis dan kegairahan semangat
5.      5.kemandirian dan disiplin murni
6.      fisik yang kuat dan sehat
7.      sikap ksatria
8.      terampi dalam menerapkan iptek
9.      kompetitif
10.  daya pikir yang kuat
11.  memiliki bakat
Selain potensi diri yang positif setiap manusia juga memiliki potensi diri yang negatif seperti :
1.      mudah diadu domba
2.      kurang berhati-hati
3.      emosional
4.      kurang percaya diri
5.      kurang mempunyai motivasi

J.      Peran Serta dalam Berbagai Aktivitas untuk Mewujudkan Prestasi Diri Sesuai Kemampuan Demi Keunggulan Bangsa.

Ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan menempuh resiko. Prestasi diri merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan, dan akan optimal jika dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam kaitannya dengan anak berbakat dinamakan anak lantip, Gardner memiliki pandangan yang berbeda, ia menyatakan bahwa “keberbakatan” manusia bukanlah berdasarkan skor tes standar semata, namun sebagai:
1.      Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2.      Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3.      Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.                                      
Anak berbakat (anak lantip) dibedakan dari anak jenius. Anak jenius disebut juga anak berbakat taraf sangat tinggi (highly gifted) yang sangat jarang ditemukan sedangkan anak berbakat banyak ditemukan di sekolahsekolah. Ada lima macam keberbakatan, yaitu (1) keberbakatan intelektual, (2) keberbakatan akademik, (3) keberbakatan kreatif, (4) keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan (5) keber-bakatan seni.
Analisis dari Bloom tentang lantip pada Peserta Olympiade Science, bahwa : Pertama, memiliki kemampuan luar biasa tinggi untuk mencurahkan sejumlah besar waktu dan usaha untuk mencapai  suatu standar yang tinggi. Karakteristik ini telah ada pada usia 5 atau 8 tahun dan menjadi semakin bertambah setelah orang-orang tersebut menerima pengajaran beberapa tahun. Kedua, memiliki sifat kompetitif dengan teman sebaya dalam bidang talent tersebut dan memiliki kebulatan tekad untuk melakukan yang terbaik. Ketiga, memiliki kemampuan belajar secara cepat tentang teknik-teknik baru, ide-ide, dan proses dalam bidang talent tersebut.
Karakteristik lantip menurut Kitano dan Kirby memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan;
·         diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa;
·         keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif;
·         kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya;
·         memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang (egalitarian) dan jujur;
·         perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa;
·         bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi;
·         mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa;
·         mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain;
·         memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, humor, dan pemahaman.
Karakteristik di atas biasanya dimiliki oleh mereka yang telah berprestasi. Prestasi akan mencapai hasil yang bagus jika dalam situasi dan kondisi saat kesempatan pengembangan bakat (lantip) dipenuhi. Hal ini bisa diperoleh dari guru yang memberikan peluang kepada siswa untuk berkembang potensinya secara optimal. Kepribadian guru dapat membantu siswa untuk berprestasi antara lain :
1.      Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru
2.      Peka terhadap perkembangan anak baik secara fi sik
3.      maupun psikis
4.      Mempunyai pertimbangan luas dan dalam
5.      Penuh pengertian
6.      Mempunyai sifat toleransi
7.      Mempunyai kreativitas yang tinggi
8.      Bersikap ingin tahu
Selain memiliki kepribadian, guru juga harus memiliki hubungan social dengan siswa yang dapat mendorong timbulnya prestasi yaitu suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat serta memahami kesulitan yang dihadapi anak tersebut. Selain itu guru diharapkan dapat menyesuaikan diri dan mudah bergaul serta mampu memahami dengan cepat tingkah laku anak berbakat tersebut.
Untuk anak berbakat memang harus ada perhatian khusus dari guru karena kadang-kadang mereka bertindak berbeda dengan teman lainnya. Misalnya bertanya secara kritis, meminta perhatian lebih bahkan terkadang seperti melawan guru. Untuk itu kebesaran hati dari guru untuk tidak bertindak negatif, tetapi malah lebih memperhatikan mereka sehingga dapat memperlihatkan bakatnya.
Selain guru, peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki anak untuk menjadi prestasi diri sesuai kemampuannya.  Meskipun hak utama pengajaran yang utama ada di tangan orangtua, tetapi alangkah baiknya jika orangtua tidak memaksakan kehendak kepada anaknya untuk menjadi apa kelak. Orangtua seharusnya bersikap demokratis dalam arti menyerahkan kepada anak mau menjadi apa kelak, tetapi tetap di sampingnya untuk selalu mendampingi dan mengingatkannya jika mereka salah. Orangtua selalu memberikan fasilitas, doa dan dorongan demi keberhasilan anaknya.
Peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena bagaimanapun hebatnya seseorang berprestasi jika tidak dapat dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat tentu tidak bermakna. Berbeda jika hasil prestasi dirinya dapat dirasakan masyarakat tentu akan lebih bermakna, seperti prestasi Tim bulutangkis Indonesia, kemenangan Tim Olimpiade Fisika Indonesia maupun temuan Nutrisi Saputra oleh Usman Hasan Saputra. Peran masyarakat juga bisa dengan memberikan dukungan dana dalam suatu prestasi yang dicapai seseorang, misalnya memberikan bea siswa, hadiah,  atau memberikan biaya penelitian sehingga menghasilkan suatu prestasi.
Semua merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, seseorang yang punya potensi diri akan mampu menunjukkan prestasi diri dengan motivasi yang kuat dengan dukungan keluarga, guru dan masyarakat. Peran guru bisa diganti oleh pelatih maupun seseorang yang punya kepedulian seperti Yohanes Saputra dalam Tim Olimpiade Fisika Indonesia ataupun Ir Ciputra dalam penelitian Nutrisi Saputra oleh Umar Hasan Saputra.
Kebutuhan untuk berprestasi terjemahan dari need of achievement sebagaimana dikemukakan John Atkinson dan David Mc Clelland pada tahun 1940-an. Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan. Orang-orang yang mempunyai perilaku seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya. Hal inilah yang harus dimiliki oleh seseorang supaya dapat berprestasi, jika dikaitkan dengan teori Maslow maka hal ini dapat dikatakan merupakan kebutuhan aktualisasi diri.
Tahap aktualisasi diri menurut Andri Wongso merupakan proses realisasi potensi diri setelah kita mampu melakukan tindakan-tindakan cepat, berani ambil resiko, dan mampu mengambil pelajaran atas keberhasilan dan kegagalan kita. Dalam proses perwujudan ini kita dituntut untuk melakukan segala sesuatunya secara profesional, efektif, dan efisien. Sebab ini sangat berkaitan dengan peluang atau kesempatan yang kita peroleh.
Berbagai upaya untuk mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana dikemukakan oleh Sujiyanto yaitu : 
1.      kreatif dan inovatif
2.      tanggung jawab
3.      bekerja keras
4.      memanfaatkan sumber daya
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja adalah memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi:
1.      Kemampuan berkomunikasi
2.      Menjalin hubungan dengan orang lain
3.      Menghargai diri sendiri dan orang lain
4.      Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain
5.      Memberi atau menerima feedback
6.      Memberi atau menerima kritik
7.      Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal sehingga dia akan dapat berprestasi.
Hasil studi Davis dan Forsythe, dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skill) yaitu:
1.      Keluarga
2.      Lingkungan
3.      Kepribadian
4.      Rekreasi
5.      Pergaulan dengan lawan jenis
6.      Pendidikan/sekolah
7.      Persahabatan dan solidaritas kelompok
8.      Lapangan Kerja
Hubungannya dengan prestasi diri maka seorang remaja dalam pengembangan aspek psikososialnya, harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif sehingga membuat tercapainya prestasi diri.
Di bawah ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
1.      keluarga
2.      lingkungan
3.      kepribadian
4.      rekreasi
5.      pergaulan dengan lawan jenis
6.      pendidikan
7.      persahabatan dan solidaritas kelompok
8.      meningkatkan kemampuan penyusuaian diri

K. Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Anak.

         Sejak zaman dahulu, orang tua mengharapkan seorang anak yang sukses. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menccapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankanya ada yang berhasil ada juga yang tidak.

        Bimbingan adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bimbingan sebenarnya harus dilakukan oleh anggota keluarga atu orang tua, karena orang tua adalah lingkungan hidup pertama yang mempengaruhi jalan hidup anak. Keluarga adalah lingkungan social terkecil tetapi peranannya sangat besar.

        Dalam mendapatkan sebuah prestasi kegiatan yang wajib dilaksanakan anak adalah belajahar. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting, karena orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memotivasi anak dalam belajar serta membimbingnya. Dalam hal tersebut maka akan menjadikan anak untuk memperhatikan apa yang harus dikerjakannya. Karena orang tuanya selalu memperhatikan apa yang harus dipelajarinya.[8]

        Dalam kegiatan tersebut orang tua harus mengetahui pertumbuhan anak. Dengan tersebut, maka orang tua akan mudah mengetahui tingkatan yang harus dipelajari anak. Selain itu kita harus mampu membuat kenyamanan dalam proses belajar.

        Bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan, karena dengan bimbingan tersebut orang tua dapat mengetahui segala kekurangan dan kedulitan yang dihadapi anak. Seperti yang telah dijelaskan bahwa orang tua mempunyai peranan besar, yaitu mendidik, membimbing, menyediakan sarana dan prasarana belajar serta memberikan tauladan yang baik kepada anak-anaknya.

           Bimbingan orang tua juga sangat berperan penting untuk mengikatkan motivasi belajar. Dengan motovasi tersebut maka seorang anak dapat menunjukkan bakat serta ikut berpartisipasi dalam pendidikan.

            Bimbingan yang harus dilakukan oleh orang tua adalah harus mengarah pada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang ditanamkan harus kuat serta hanya untuk bertujuan mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta jika ikatan emosional anak dan orang tua menyatu. Suasana yang aman ini akan membuat anak mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan yang berprestasi.[9]

           Dalam membimbing dan mendidik anak orang tua tidak boleh memastikan keberhasilannya, karena hal itu dapat menjadikan anak tidak berhasil. Namun, apabila orang tua mendidiknya dengan kasih sayang, perhatian, dan membolehkan kegagalan malah dapat menjadikan keberhasilan anak.[10] Karena pada dasarnya jika seorang anak dipaksa maka anak itu akan memberikan penolakan, rasa marah, dan benci.

           Selain itu jika seorang anaki diperlakukan dengan sikap orang tua yang tidak berlebihan dalam memberikan perhatian, maupun aturan, maka akan membuat anak merasa dirinya dipercaya dan dihargai serta tidak tertekan dan akan mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya khususnya belajar.

           Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut pasti berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola dan cara tersebut merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pembimbingan.

           Adapun hal-hal yang diberikan orang tua dalam membimbing anak adalah memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya. Dengan hal-hal tersebut maka akan diharapkan semangat belajar anak naik dan menjadikan prestasi yang unggul.


L. Pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa

            Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan siswa yang dimilikinya dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Prestasi seseorang sesuai dengan tingkat kesungguhan dan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

           Untuk menjadikan prestasi belajar baik, maka wajib untuk seorang siswa belajar. Belajar adalah berusaha, berlatih untuk mendapatkan suatu kepandaian.[11] Untuk menjadikan motivasi belajar siswa tinggi diperlukan bimbingan dari orang tua, karena dengan perhatian orang tua terhadap pribadi anak akan memperkecil kegagalan. Penelitian membuktikan bahwa keberhasilan seorang anak karena rajin belajar. Dan untuk menumbuhkan semangat belajar , orang tua dapat memberikannya bimbingan sehingga menjadikan anak lebih semangat atau rajin belajar.

Dalam membimbing, orang tua harus mampu menerapkan prinsip pendidikan yaitu :[12]

1. Apabila anak siap mental dan fisik
2. Apabila cukup padanya minat untuk belajar
3. Apabila dilakukannya sesuatu yang akan dipelajarinya
4. Apabila ia ikut aktif dalam pengalaman belajar

            Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bloom adalah bahwa seorang anak yang berprestasi dan sukses karena dididik oleh orang tuanya dengan penuh perhatian dan didampingi oleh pelatih atau pembimbing yang professional.

            Selain itu untuk menjadikan prestasi anak lebih tinggi orang tua dapat memberikan pujian dengan ucapan selamat atas prestasi mereka. Sikap orang tua tersebut dapat memberikan efek psikologis bahwa anak merasa dihargai eksistensinya dan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprerstasi lebih baik.

            Bimbingan orang tua memang sangat berpengaruh terhadap prestasi anak, karena dengan bimbingan orang tua siswa atau anak dapat mengetahui tentang cara-cara dalam belajar serta dapat meningkatkan semangat belajar anak yang akan menjadikannya keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu seorang anak tidak akan merasa jenuh dalam belajar karena orang tua selalu mendampinginya dan memperhatikannya.
Keberhasilan pelajar Indonesia meraih prestasi di bidang ilmu pengetahuan di tingkat internasional menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa putra-putri bangsa Indonesia tidak hanya mampu bersaing, tapi juga menunjukkan prestasi yang luar biasa di forum internasional.

            Sudah banyak terdengar anak-anak muda Indonesia meraih juara di olimpiade bidang fisika atau matematika. Oleh karena itu, Menpora Andi Mallarangeng berharap agar prestasi internasional yang telah diukir siswa Indonesia dapat mendorong para siswa lain di Tanah Air untuk bekerja keras dan mencetak prestasi bertaraf internasional berikutnya.

            Menpora Andi, juga menyatakan bangga atas prestasi anak-anak muda di berbagai cabang olahraga, seperti juara dunia tinju Chris John dan Irene K. Sukandar yang menjuarai catur Asian Continental Chess Championship 2012. ''Ini (Irene) tercatat pertama kali perempuan Indonesia menjadi grand master dan akan mengikuti kejuaraan dunia,'' kata Menpora.

            Selain itu, di bidang lain, ada pula Fahma Waluya Rosmansyah. Di usia ke-13 tahun, gadis cilik yang memiliki kegemaran bermain game ini, menjadi salah satu pencipta game dan software mobile termuda di dunia. Ia berhasil memperoleh penghargaan APICTA Awards dalam lomba pembuatan software di Kuala Lumpur, Malaysia pada ajang Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) International pada Oktober 2010 lalu.

''Itulah cara anak muda dalam mengharumkan nama bangsa dan negara melalui karya-karya mereka,'' kata Menpora. Bagi saya, lanjut Menpora, memaknai Harkitnas tidak harus dalam konteks suatu karya yang mendunia, tapi juga bisa dengan karya yang kreatif sekaligus bisa memandirikan, artinya tidak tergantung kepada orang lain. Ia mengambil contoh, seperti beternak ikan lele. Meski tidak mendunia tapi anak-anak muda di desa binaan bisa mandiri dengan memperkerjakan orang lain. ''Hal semacam ini juga adalah bagian dari proses kebangkitan nasional,'' ujar Menpora lagi.
1. Penemuan Teknologi 4G
Penemu teknologi 4G ternyata adalah orang Indonesia. Seperti dikutip dari Bisnis.com, alumni Teknik Elektro ITB dengan predikat cum laude pada tahun 2000, Khoirul Anwar adalah penemu teknologi tersebut. Tidak hanya menemukan, ia juga pemilik paten 4G.
Untuk diketahui, Khoirul juga lulusan Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Ia juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California.
Masih dari tulisan Bisnis.com, penemuan teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan ide mengurangi daya transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.
Pada paten keduanya, Khoirul Anwar kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah menghapus sama sekali guard interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan.
Namun, anak Indonesia asli asal Kediri ini mengkompensasi risiko tersebut dengan mengembangkan algoritma khusus di laboratorium, hasilnya interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.
Asisten Professor di JAIST ini masih terus mengasah kemampuannya. Meski berprestasi cemerlang di Jepang, Khoirul Anwar menyimpan keinginan untuk kembali ke Indonesia jika telah menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang telekomunikasi.
2. Pembuatan Satelit INASAT-1
Prestasi Indonesia lainnya dibidang teknologi ialah dengan membangun dan mendesain satelit sendiri yakni satelit INASAT-1.  Satelit ini adalah Nano Hexagonal Satelit yang dibuat dan didesain sendiri oleh Indonesia untuk pertama kalinya.
Seperti dikutip dari Wikipedia.Org, INASAT-1 merupakan satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN. Selain itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang menggunakan komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 kg. Satelit itu dirancang dengan misi untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan data lingkungan (berupa fluks magnet didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun housekeeping yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
Adapun satelit itu dirancang bersama oleh PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi Elektronika (Pustek) Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN, Dirgantara Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan Kemandirian Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano dengan nama Inasat-1 (Indonesia Nano Satelit-1).
Dari segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate tiga sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 km.

 3. Penemuan Pesawat Terbang dengan Two-Man Cockpit| Garuda Indonesian Airways A300 Pesawat Dua Cockpit Pertama di Dunia
Dulu, satu unit pesawat terbang harus dinavigasi oleh 3 sampai 4 orang pilot dan co-pilot. Namun, sejak adanya penemuan penyederhanaan cockpit, pesawat terbang  hanya perlu dipiloti oleh dua orang saja.
Wiweko Soepono dan Pesawat Airbus A300-B4 | Foto : Infogue.com
Adalah Wiweko Soepono yang dikenal sebagai penemu pesawat komersil  two-man cockpit yang diterapkan pabrik Airbus Industrie. Pesawat pertama kokpit dua awak (crew) adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit), cikal bakal pesawat glass cockpit berawak dua yang digunakan hingga sekarang.
Mengutip tulisan Wikipedia.Org, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 18 Januari 1923 dan meninggal di Jakarta, 8 September 2000 pada umur 77 tahun ini dulunya adalah direktur utama Garuda Indonesia pada periode 1968-1984. Pesawat pertama kokpit dua awak (crew) di dunia adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit).
Dalam perjalanannya sebagai direktur utama Garuda Indonesia, Wiweko sering menerbangkan pesawat armadanya sendiri. Pengalamannya menerbangkan pesawat mesin ganda baling-baling Beechcraft Super H-18 Desember 1965 trans-Pasifik seorang diri dari pabrik Beechcraft di Wichita (Kansas) via Oakland, Amerika Serikat (7 Desember) ke Jakarta sehingga Wiweko mengusulkan agar pesawat Super H-18 mempergunakan sistem intergrity untuk one pilot operation dan diterima oleh perusahaan Beechcraft.
Pengalaman inilah yang membuat dirinya bersama staf Airbus Industrie, eksekutif perusahaan Roger Beteille, pilot uji Pierre Baud, serta staf lainnya membuat konsep penerbangan dengan dua awak pesawat. Konsep ini dibuat setelah uji coba dengan pesawat Airbus Airbus A-300B-4 memperlihatkan peran flight engineer yang tidak terlalu banyak. Dengan mengeliminir flight engineer dan mengubah setting layout cockpit pesawat, maka diperoleh konsep FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) yang memungkinkan pesawat kelas jumbo hanya diterbangkan oleh dua awak pesawat.
Konsep FFCC sangat ditentang pada saat itu, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun kini konsep itu disempurnakan menjadi glass cockpit yang menjadi standar untuk pesawat sipil. Boeing yang semula menentang akhirnya menggunakan teknologi ini pada pesawat Boeing 747 400 dan Boeing 777. Nama glass cockpit juga dikenal sebagai Garuda cockpit yang sebelumnya dinamakan Wiweko cockpit.
Garuda Indonesia tercatat mengoperasikan 9 pesawat jenis ini (A 300 B4 FFCC), salah satunya jatuh di Sibolangit, Sumatera Utara pada tahun 1997. Pada akhirnya untuk menyehatkan keuangan perusahaan (dan mengikuti perkembangan teknologi), pesawat ini kemudian dijual untuk menyehatkan perusahaan meskipun menurut R.J. Salatun, setidaknya ada salah satu yang dijadikan museum.


 4. Penemuan Dibidang Semiconductor Nanostructure Optoelectronics Devices dan High Power Semiconductor Lasers
Adalah Prof. Nelson Tansu, Ph.D penemu dan pemegang paten dibidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.  Penemuan tersebut sangat membantu dunia kesehatan dan kedokteran. Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara pada tanggal 20 Oktober 1977 ini juga dikenal sebagai profesor termuda asal Indonesia di Amerika Serikat.
Nelson merupakan lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga pernah menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Namanya yang unik dan tidak mencirikan nama Indonesia sempat dikira sebagai orang Turki dan Jepang. Dugaan itu muncul jika dikaitkan dengan hubungan famili Tansu Ciller, mantan perdana menteri (PM) Turki. Beberapa netters malah tidak segan-segan mencantumkan nama dan kiprah Nelson ke dalam blog/website Turki sebagai orang Turki. Seolah-olah mereka yakin betul bahwa fisikawan belia yang mulai berkibar di lingkaran akademisi AS itu memang berasal dari negerinya Kemal Ataturk.
Ada pula yang mengira bahwa Nelson adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau Tiongkok. Yang lebih seru, beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan melamar Nelson dan meminta dia “kembali” mengajar di Jepang.
Nelson yang sekarang menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer.
Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya.
Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. (sumber : kolombiografi.blogspot.com)

5. Penemuan Kapal Ikan Bersirip
Doktor dari The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang (1993), ini adalah penemu teknologi kapal ikan bersirip. Temuan pria bernama lengkap Prof. Dr. Ir. Alex Kawilarang Warouw Masengi, MSc kelahiran Desa Kinilou, Tomohon, 13 Juni 1958, ini sudah dipatenkan di Jepang.
Suami dari Ixchel Peibie Mandagie MSi (juga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat), ini diilhami ikan terbang dalam menemukan teknologi perkapalan tersebut. Ikan itu dapat terbang jauh bagaikan pesawat udara yang
melayang rendah di atas permukaan air laut.
Dia tertarik ketika mengamati bentuk tubuh dan sirip ikan terbang antoni (torani). Ikan itu dapat melayang di atas permukaan air laut. Tubuhnya terangkat melalui pergerakan sirip yang relatif panjang dan dorongan pergerakan tubuhnya sendiri. Pakar teknik perkapalan perikanan ini mengamati ikan antoni memiliki bentuk tubuh yang relatif unik, mulai dari kepala, badannya yang montok, pergelangan ekornya serta seluruh siripnya. Bentuk tubuh dan sifat-sifat khas ikan antoni itulah yang ia terapkan ke dalam desain badan kapal ikan, berikut pemasangan sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya, tingkat kestabilan kapal ikan relatif menjadi lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain. (sumber : TokohIndonesia.com)

6. Penemuan Konstruksi Pondasi Cakar Ayam
Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.
Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru ,Lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi ka wasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang susut. (wikipedia.org)
7. Pesawat N 250
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia, PT DI,Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN.
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996. (Wikipedia.Org)
8. Teori Crack Progression Oleh BJ Habibie
Kulit luarnya bisa saja terlihat halus mulus tanpa cacat. Tapi siapa tahu, sisi dalamnya keropos. Ketidakpastian inilah yang dihadapi industri pesawat terbang sampai 40 tahun lalu. Pemakai dan produsen sama-sama tidak tahu persis, sejauh mana bodi pesawat terbang masih andal dioperasikan. Akibatnya memang bisa fatal. Pada awal 1960-an, musibah pesawat terbang masih sering terjadi karena kerusakan konstruksi yang tak terdeteksi. Kelelahan (fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan perkakas. Belum ada pemindai dengan sensor laser yang didukung unit pengolah data komputer, untuk mengatasi persoalan rawan ini.
 Titik rawan kelelahan ini biasanya pada sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas maupun mendarat. Ketika lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara (uplift) yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan (crack).
 Titik rambat, yang kadang mulai dari ukuran 0,005 milimeter itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan bercabang-cabang. Kalau tidak terdeteksi, taruhannya mahal, karena sayap bisa sontak patah saat pesawat tinggal landas. Dunia penerbangan tentu amat peduli, apalagi saat itu pula mesin-mesin pesawat mulai berganti dari propeller ke jet. Potensi fatique makin besar.
Pada saat itulah muncul anak muda jenius yang mencoba menawarkan solusi. Usianya baru 32 tahun. Postur tubuhnya kecil namun pembawaannya sangat enerjik. Dialah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, laki-laki kelahiran Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936.
 Habibie-lah yang kemudian menemukan bagaimana rambatan titik crack itu bekerja. Perhitungannya sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia penerbangan, teori Habibie ini lantas dinamakan crack progression. Dari sinilah Habibie mendapat julukan sebagai Mr. Crack. Tentunya teori ini membuat pesawat lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah. (jaist.ac.jp)
9. Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
Prof Dr. Rahmiana Zein adalah penemu teknik kromatografi tercepat di dunia.  Keberhasilan ini diperoleh istri Prof. Dr. Edison Munaf, Pembantu Rektor II Universitas Andalas itu saat penelitian untuk disertasi doktor bidang kimia dibawah bimbingan Prof. Toyohide Takeuchi, di Universitas Gipu, Jepang pada 1998. Kromatografi memang bukan ilmu baru. Pemisahan senyawa kimia memanfaatkan interaksi antara pelarut, sampel yang akan dipisahkan, fase diam (stationary phase) dan fase bergerak (mobile phase) ini telah berkembang seabad silam. Setelah T. Swett berhasil memisahkan zat warna dedaunan tahun 1903.
 “Pisau pembedah” senyawa kimia yang cepat dan simultan ini terus berkembang ke bidang lain. Terutama ilmu kedokteran, pertanian, peternakan, biologi dan lingkungan. Izmailov dan Schaiber misalnya, pada 1938 menggunakan teknik ini untuk memisahkan senyawa lapisan tipis. Lalu Martin dan James, tahun 1952, memakainya untuk membedah senyawa gas. Namun jika sebelumnya para peneliti perlu waktu antara 1.000 dan 100 menit, adik kandung Mayor Jendral (purnawirawan) Kivlan Zein itu hanya butuh 10 menit. (Jaist.ac.jp)
10.Teori 23 Kromosom
Dr. Joe Hin Tjio, seorang ahli Cytogenetics asal Indonesia menemukan fakta bahwa kromosom manusia berjumlah 23 buah. Melalui penelitian di laboratorium Institute of Genetics of Sweden’s University of Lund, temuannya berhasil mematahkan keyakinan para ahli genetika bahwa jumlah kromosom adalah 24 buah. Ia berhasil menghitung jumlah kromosom dengan tepat setelah menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr. T.C. Hsu di Texas University, AS.





 BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa kita harus mencapai prestasi setinggi tingginya tak peduli sesulit apapun. Termasuk untuk kita generasi muda, kitalah yang wajib mengangkat derajat bangsa ini dimata dunia baik berprestasi dalam bidang politik ataupun olahraga dan lain lain.
            Bimbingan adalah suatu proses yang digunakan untuk membantu seorang individu untuk       menjadi lebih baik. Dalam melakukan pembimbingan hal-hal yang dilakukan orang tua adalah :

1. Harus disertai kasih saying
2. Menanamkan sikap disiplin yang membangun
3. Mengajarkan tentang sesuatu yang salah dan benar
4. Memperhatikan dan mendengarkan pendapat anak
5. Membantu mengatasi masalah anak
6. Melatih anak mengenal diri dan lingkungan
7. Memahami keterbatasan pada anak

           Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatannya sesuai dengan bobot yang dicapainya dan diukur dengan evaluasi. Pengaruh antara bimbingan orang tua sangat erat karena pembimbingan seorang anak merasa diperhatikan dan mengurangi kegagalan. Adapun hal-hal yang dilakukan orang tua untuk menjadikan anak berprestasi adalah :
a. Kedisiplinan
b. Memotivasi belajar
c. Memberi pengarahan, peringatan dan mengontrol aktivitas anak
d. Memberi dukungan terhadap anak
e. Memberi penghargaan terhadap anak
    Dari hal-hal tersebut kita dapat membuat INDONESIA
Dipandang di mata dunia dengan prestasi dan penemuan tertentu sesuai dengan kemampuan kita.
  
B.       Saran
Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca dapat lebih termotivasi untuk menggapai prestasi setinggi tingginya. Tak ada yang sulit jika kita punya motivasi dan semangat yang cukup, lakukan segalanya sesuai kemampuan dan tak usah memaksakan diri jika memang tak mampu untuk meraih itu, berprestasilah dibidang yang kalian minati karena Pada hakikatnya manusia adalah individu ciptaanTuhan Yang Maha Esa yang memiliki potensi diri yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga prestasi diri setiap orang tentu tidak akan sama. Itu sebabnya para ahli berpendapat bahwa setiap siswa adalah individu yang unik

JANGANLAH BERHENTI UNTUK BELAJAR DAN TERUSLAH BERMIMPI. JADIKAN MIMPI ITU KENYATAAN DENGAN ILMU YANG TELAH ANDA DAPAT

DAFTAR PUSTAKA


Depepdiknas, contextual teaching and learning pendidikan kewarganegaraan
Novianastevaniseran.blogspot.
Dja’far Sabran, Risalah Tauhid, Sifat Dua Puluh, (Samarinda, 1979).
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, ( Semarang, Tanjung Mas Inti, Revisi Terjemah, 1992)
Dra. Rostiah. N.K, Didaktik Metodik,(Jakarta:Bumi Aksara anggota IKAPI, 2002)
Departemen Agama RI, Al Qur;An Dan Terjemahnya. Revisi Terjemah 1992. Penerbit: PT Tanjung Mas Inti.
Hasbi As- Siddiqy, Sejarah Pengantar Ilmu Kalam,(jakarta: bulan bintang,1973)
H.M. Zurkani Yahya, Teologi Al- Ghozali, Pendekatan Metodologi, ( Pustaka Pelajar, anggota IKAPI,1986),
H. Zainuddin Hamidy,dkk. Terjemah Shahih Bukhori, jilid I, (Jakarta, Widjaya)
Jusuf Djayadisastra, Metode-Metode Mengajar, Jilid I, (Bandung: Angkasa, 2002)
Muhammadiyah Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam,(Surabaya:Al-Ikhlas, 1982).
Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, jilid IV, (Jakarta : Widjaya ).
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Pentafsiran Al- Quran, Jakarta. 1972.
Siman Hadi Widya Prakosa Tim Dosen Fip- Ikip Malang, Dasar – Dasar Kependidikan. Cet III Penerbit : Usaha Nasional. 1988.
Undang – Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.
WJS purwadarminto, kamus umum bahasa Indonesia. ( Jakarta: Balai pustaka )
Winarno Surakhmad, Metode Pengajaran Nasional, ( Bandung, Jemmars, 1979)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar